FAMILY & LIFESTYLE

Cerita Cisca Becker: Jadilah Indonesia yang lebih BAIK!



Saya menulis artikel ini di awal Agustus, terpikir untuk menuliskan isi pikiran mengenai momen hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus dan bagaimana saya akan merayakan momen ini bersama putri-putri saya, Lilou (5 tahun) dan Pippa (2 tahun).


Terpikir pula dalam benak saya untuk menambahkan narasi dalam ajakan merayakan “tujuh belasan” kali ini pada anak-anak. Kenapa? karena saya pikir, sudah saatnya anak-anak mengetahui asal dan identitas mereka, salah satunya adalah memberi tahu bahwa mereka warga negara Indonesia. Mengajak mereka untuk sayang dengan negara ini, dengan hal-hal di dalamnya, alamnya dan semua orang-orangnya. Sembari juga menghormati dan menghargai sesama warga dunia, sebagai future global citizens. Dan, bagaimana agar bisa bersama-sama menjadikan Indonesia lebih baik di masa generasi mendatang. Saya pun tetiba mendapat pencerahan!


Cara paling simpel menjadikan Indonesia lebih baik adalah dengan menjadikan diri kita lebih baik. Indonesia adalah kita semua, masing-masing dari 250 juta-an jiwa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tidak mungkin berharap Indonesia akan maju, jika manusia-manusianya tidak mau maju.


Dalam rangka menjadi orang yang lebih baik, saya akan persimpel dengan mencoba menjadi orang yang baik. Baik pada orang-orang di sekeliling dan siapapun yang membutuhkan bantuan. Hal inipun akhirnya saya sampaikan ke anak-anak bahwa mereka saya berikan tantangan di bulan ini, untuk berbuat sesuatu yang baik untuk orang-orang di sekeliling mereka. Baik itu teman sekolah, teman kelas balet, saudara-saudara, juga ART yang menjaga mereka atau siapapun sebenarnya. Saya katakan, berbuat baik itu bisa apa saja, hal sekecil apapun yang membuat orang lain senang, sudah bisa dikatakan berbuat baik. Memuji teman, atau memeluk Opung itu sudah kebaikan yang berpengaruh pada orang lain.


Saya harap tantangan ini bisa membantu mereka untuk bisa memikirkan segala hal baik yang bisa dilakukan tiap harinya. Biasanya, saya menanyakan pada mereka tiap harinya, apa hari ini yang paling bikin senang dan hal apa yang paling bikin sedih. Saya katakan, saya mau menambahkan dengan satu pertanyaan lagi, “Hal baik apa yang dilakukan hari ini ke orang lain? Lilou menjawab, “Kalau aku enggak melakukan apa-apa yang baik, gimana?” Saya jawab, “Pasti ada yang baik, tapi Lilou lupa aja. Kalaupun tidak, Lilou bisa langsung berbuat baik sekarang dengan bilang terima kasih ke Mba yang sudah bereskan kamar kamu tadi”.


Pippa langsung dengan lantang bilang kalau dia berbuat baik hari ini. “Apa itu Pippa?” tanya saya. “Pippa tadi main sama teman di sekolah” jawabnya percaya diri.

“Wah iya benar, itu baik. Baik sama teman ya Pippa, temannya pasti senang karena bisa main bareng-bareng”. Pippa terlihat senang mendengar ini.


Saya lalu berikan daftar contoh hal baik yang bisa mereka lakukan, mulai dari menyumbangkan mainan dan pakaian, hingga berbagi dengan saudarinya (yang ini masih dalam usaha keras mih Mamanya untuk membuat mereka lebih akur saat bermain, masih dalam usaha nih.)


Esok-esok harinya, Pippa sering melaporkan pada saya aksi baik apa yang dia lakukan. Memeluk Papa saat dijemput di sekolah, menuruti arahan guru di sekolahnya, membagi mainan pada temannya, dan juga yang paling sering dikatakan: “Makannya habissss!”. Kalau makan sih, Pippa memang tidak pernah ada masalah. Makanya badannya gempal begitu. Sebenarnya itu sih baik pada diri sendiri yah. Tapi menurut Pippa, itu adalah aksi baik untuk Mbanya yang sudah memasakkan. “Mbak kan senang kalau makanannya habis”. Saya pikir masuk akal juga, jadi sembari mengagumi kemampuan argumentasi anak 2,5 tahun ini, saya memasukkan hal itu dalam list perbuatan adik Pippa hari ini.


Lilou lebih sering mengalihkan pembicaraan kalau saya tanyakan mengenai list baik hari ini (kita menamakannya “NICE TEAM PROJECT”. Idenya dari Lilou). Saya cukup yakin, bukan berarti dia anak yang tidak baik karena saya lihat dia sebenarnya melakukan banyak hal kecil yang bisa dikatakan kebaikan tiap harinya. Tapi tampaknya dia tidak sadar. Saya putuskan untuk membuatkan list hal baik apa saja yang dia lakukan yang berhasil saya amati, untuk membantunya mengenali perbuatan baik.


Setelah kurang lebih seminggu, saya kumpulkan list perbuatan baik Lilou dan Pippa, saya tuliskan di atas kertas warna-warni. Lalu, saya siapkan sebuah toples kaca. “Apa itu?” Tanya Lilou saat melihat saya mengeluarkan toples ini setelah makan malam bersama. “Mama sudah tulis semua perbuatan baik Kakak dan Adek minggu ini, sekarang kita masukin kesini yuk!” ajak saya sambil membuka tutup toples. “Yaahhh. Pasti isinya semua punya Pippa. Aku gak berbuat baik apa-apa,” ujarnya dengan raut wajah kecewa.

Saya katakan, ada banyak kertas disini bertulisan perbuatan baik yang dilakukannya. Walaupun dia tidak cerita, tapi saya melihat langsung dia melakukannya. Saya membacakan beberapa di antaranya “Lilou bantuin Pippa pilih buku cerita untuk dibaca sebelum bobo”. “Iya bener aku suka pilihin buku buat Adek,” jawab Lilou. “Iya Mama lihat. Itu baik banget loh Kakak dan bantu Mama juga, karena Adek jadinya mau cepat bobo karena dipilihkan bukunya sama kamu. Masuk ke dalam toples yah!”


Kertas-kertas yang sudah masuk ke dalam toples bertuliskan banyak hal, di antaranya.

Pippa: Menuruti guru di sekolah, kasih roti cokelat ke Kakak, Main sama teman sekolah, peluk Papa pas dijemput pulang sekolah, bilang terima kasih ke Mba, makannya selalu habis.


Lilou: Bantuin Pippa pilih buku, kasih separuh cookiesnya ke Adek Pippa, Kasih bunga ke Mama dari pot di halaman depan, mengajak Pippa lihat youtube bersama, membantu Pippa memilih sepatu untuk sekolah, mengucapkan terima kasih saat ada teman saya memberikan hadiah untuk Lilou, meminjamkan mainan pada temannya saat playdate di rumah, memuji rambut saya pagi-pagi (padahal lagi kusut banget).


Setiap saya bacakan apa yang sudah saya tuliskan tentangnya, Lilou seperti kaget bahwa saya ternyata mengetahui dan mengingat semua itu. Atau, mungkin dia tidak menyangka ternyata dirinya sudah melakukan banyak kebaikan tanpa disadarinya. Apapun itu, saya senang melihat dengan menyajikan bukti nyata hitam di atas putih membuatnya lebih mudah memelajari konsep kebaikan dan bagaimana aksi baik sekecil apapun bisa berdampak pada penerimanya.


Keesokan harinya di sebuah tempat permainan, saat mereka sedang bermain bersama, Pippa jatuh karena keserimpet sendiri (happens a lot) dan Lilou langsung berlari menghampiri untuk membantu Adiknya berdiri. Lalu Lilou melihat ke arah saya dan saya mengangguk kecil sambil tersenyum. Kami berdua sepakat tanpa kata-kata, bahwa ini akan masuk dalam toples NICE TEAM PROJECT!


Walaupun tantangan ini terinspirasi momen kemerdekaan di bulan Agustus, tapi saya dan suami sepakat untuk meneruskan tantangan ini ke dalam bentuk kebiasaan baru tiap harinya. Kita berdua akan juga berusaha memasukkan kertas berisi hal baik yang diperbuat hari ini. Kalau toples terisi penuh, akan kita rayakan dengan momen keluarga, seperti makan atau nonton bareng. Untuk menunjukkan, berbuat baik itu menyenangkan.


Kami harap mudah-mudahan dengan kesadaran bahwa berbuat baik sebenarnya adalah hal yang sangat mudah dilakukan, mereka bisa tumbuh menjadi orang-orang yang senang berbuat baik. Pada akhirnya, menjadi orang-orang baik yang bisa membawa seluruh INDONESIA menjadi lebih baik.


Dirgahayu Republik Indonesia ke 72!

Semoga terus menjadi Indonesia yang lebih baik!

(Cisca Becker/dok. Cisca Becker)