BUMP TO BIRTH

Hamil Anak Kembar? 3 Fakta ini Wajib Anda Ketahui



Banyak yang bilang, kehamilan kembar maka berlipat ganda juga suka dukanya. Mulai dari berlipat rasa mualnya, hingga berlipat risiko melahirkan normalnya. Benarkah? Simak tanggapan para dokter kandungan akan mitos-mitos tersebut yuk, Moms.

Benarkah ibu dengan kehamilan kembar tidak bisa melahirkan normal?

“Selama kepala bayi pertama berada di bawah, maka masih besar kemungkinan melahirkan normal,” ujar dr. Novan Satya Pamungkas, Sp.OG, dari Brawijaya Women and Children Hospital. Namun kemungkinan untuk melahirkan lewat operasi sesar memang meningkat jika terjadi malpresentasi pada bayi pertama (yang posisinya lebih di bawah) hingga posisinya melintang atau sungsang.

“Hamil kembar itu ada yang 1 kantung dan ada yang 2 kantung, dan kemungkinan malpresentasi lebih besar terjadi pada kehamilan kembar 1 kantung. Kasus seperti ini disarankan tidak melahirkan normal,” jelas dr. Novan.

Benarkah kehamilan kembar mengurangi risiko morning sickness?

Risiko morning sickness, atau mual dan muntah pada wanita hamil kembar justru meningkat. “Prevalensi kejadian morning sickness pada wanita hamil itu sekitar 50 hingga 90 persen, dan hal ini sangat normal. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan hormon HCG, dan hormon ini lebih tinggi kadarnya pada kehamilan kembar,” jelas dr. Novan.

Dengan kadar HCG yang lebih tinggi, tentu saja wanita dengan kehamilan kembar justru lebih sering mengalami morning sickness. Namun tenang saja karena dr. Novan mengatakan kadar HCG akan turun setelah kehamilan 12 minggu, dan tentu meredakan rasa mual Anda.

Apakah wanita hamil kembar harus banyak mengonsumsi asam folat?

“Bukan harus banyak, tapi harus cukup. Kalau pada kehamilan tunggal paling tidak 400mg per hari, dan dibutuhkan dua kalinya untuk kehamilan kembar,” kata dr. Novan. Asam folat sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf pusat pada janin.

Walau trimester pertama adalah masa yang paling membutuhkan asam folat, namun dr. Novan menyarankan untuk memenuhi kebutuhan asam folat Anda sejak setidaknya 3 bulan sebelum hamil hingga melahirkan. (Tiffany Warrantyasri/Dok. Freepik)