Beredarnya video mesum anak kecil di masyarakat saat ini menyadarkan bahwa pentingnya orang memberikan pendidikan seks pada anak sejak dini tentang cara mencegah atau mengatasi aksi pelaku pedofil. Sehingga, anak bisa menjaga diri atau mengambil jarak dengan para paedofil.
Lantas, siapa orangtua paling bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan seks? Mengenai itu, Psikolog anak dan remaja dari Yayasan Pulih, Ika Putri Dewi. M.Psi, menjelaskan, porsinya seimbang antara ibu dan ayam. Tidak lebih berat ke ibu, ataupun tidak lebih berat pada ayah. Semua harus kompak sebagai tim memberikan anak pengertian ada bagian yang tidak boleh orang lain sentuh. Dengan menyisiati untuk mengawalli dengan pengenalan anggota tubuh terlebih dulu, lalu kemudian masuk ke organ intim.
Menurut Ika, agar pesan yang disampaikan lebih “kena” sebaiknya pemberi informasi itu sesuai dengan jenis kelamin anak. Misalnya kasus “mimpi basah” atau pertama kalinya anak mengeluarkan cairan semen saat tidur, maka ayah yang memberi penjelasan.
“Saya bukan bermaksud gender ya – pilih-pilih denga jenis kelamin. Tidak. Ini agar empati yang ingin dimunculkan lalu membuat mereka nyaman dan aman itu bisa terjadi. Coba bayangkan bila kasus 'mimpi basah' yang memberi penjelasan ibunya, empat tidak akan muncul. Karena apa? Karena seorang ibu tak merasakan apa yang dirasakan anak saat anak mengalami mimpi basah, apakah itu malu, ketakutan, merasa bersalah dan lain-lain,” ungkapnya dalam wawancara eksklusif via telepon kepada redaksi Mother & Baby, Selasa (4/1/2018)
Sebaliknya, tambah Ika, kalau penjelasan itu “lahir” dari ayah, pasti empati bakal muncul. Karena apa yang dirasakan anak dirasakan ayahnya juga.
“Intinya, pendekatan sesuai jenis kelamin anak agar pesannya lebih mengena saja. Sedangkan porsi perannya, tetap sama. Ayah tidak boleh menutup mata mengenai menstruasi, dan ibu juga tidak acuh soal hal-hal yang dialami anak lakinya, katakanlah mimpi basah.”
Ika juga mengingatkan kepada orangtua, saat memberikan pendidikan seks suasana yang dibandung harus fun. Karena dunia anak itu dunia bermain dan belajar, jadi sebisa mungkin ciptakan kondisi yang tidak intimidatif.
“Buatlah saat Anda menjelaskan menyenangkan, misal disaat Anda memandikan anak Anda, atau saat memakaikan baju mereka. Kamu bisa memberikan penjelasan organ bagian tubuh mereka dan bagian tertentu yang tidak boleh orang sentuh. Dengan cara begitu, jika Anda bisa melakukannya Anda sudah memberikan pendidikan seks pada anak,” pungkasnya. (Qalbinur Nawawi/Dok. Pexels)