FAMILY & LIFESTYLE

Jawaban Dokter tentang 4 Mitos Kanker yang Beredar



Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia dan bisa menimpa siapa saja. Menurut Union For International Cancer Control (UICC), dalam dua dasawarsa terakhir sebanyak 21,7 juta orang terkena kanker secara langsung, sehingga upaya pencegahannya harus dilakukan.

Di Indonesia, jumlah prevelansi kanker terus meningkat. Hal ini tidak lepas dari masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan kanker, dimana kebanyakan deteksi kanker baru dilakukan ketika sudah berada pada stadium lanjut. Lebih buruknya lagi, ketika pasien lebih mempercayai mitos tentang kanker sehingga kondisi penderitanya menjadi lebih parah.

Menurut ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. DR. dr. Aru Wicaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP masyarakat seharusnya tidak langsung percaya dengan mitos kanker yang beredar. “Alih-alih menyembuhkan, justru mitos tersebut dapat memperburuk kondisi pasien kanker,” ujarnya pada saat ditemui di press conference “Kita Bisa, Aku Bisa: Waspadai Mitos Kanker,” Jumat (26/01).

YKI menyebutkan mitos-mitos tersebut di antaranya:

  1. Kanker disebabkan oleh manusia dan merupakan penyakit modern

    Faktanya kanker bukanlah sekedar penyakit modern buatan manusia. Catatan medis di Mesir dan Yunani menemukan tanda-tanda kanker pada kerangka manusia dari 3000 tahun silam.

  2. Pengobatan kanker lebih merusak daripada menyembuhkan

    Faktanya pengobatan terhadap kanker yaitu kemoterapi, radioterapi atau bedah merupakan perawatan serius. Efek sampingnya kerap terasa kuat, sebab pengobatan yang diciptakan untuk mematikan sel kanker juga dapat mengganggu fungsi beberapa sel sehat, misalnya sistem pembentukan darah.

  3. Biopsi membuat tumor menjadi ganas

    Banyak orang yang menolak pemeriksaan biopsi terhadap tumor yang diidapnya karena dikhawatirkan “benjolan akan menjadi kanker” atau “menjadi ganas”. Faktanya sebuah benjolan yang jinak tidak akan menjadi ganas karena biopsy. Tumor jinak akan tetap jinak, demikian pula sebaliknya.

  4. Konsumsi makanan berlemak dapat memicu kanker

    Faktanya tidak semua jenis kanker disebabkan oleh konsumsi asupan lemak. Lemak memadat tidak menyebabkan kanker, yang buruk adalah lemak berlebih pada tubuh kita sendiri yang banyak diakibatkan oleh karbohidrat dan gula yang berlebih.

Daripada mempercayai mitos-mitos yang beradar, ketua YKI menghimbau baiknya masyarakat segera lakukan konsultasi dengan dokter untuk deteksi kanker sejak dini.

Masyarakat juga bisa mencegah terjadinya kanker dengan menjaga berat badan agar yang ideal, melakukan olah raga secara teratur, dan mengikuti menu diet atau menu sehat. Cara-cara tersebut dapat menurunkan risiko terkena kanker hingga 35%. Menghindari alkohol berlebihan serta tidak merokok juga dapat menurunkan risiko lebih besar lagi. (Vonda Nabilla/TW/Dok. M&B)