"Saya mau ini dikerjakan sekarang juga," ungkap wanita paruh baya sambil menunjuk map yang baru diletakan di atas meja karyawannya, Diana (26 tahun). Sejurus kemudian, bos itu kembali masuk ke ruangannya. Lalu, Diana pun menyikapi dengan diam saja dan tersenyum simpul. "Ah, besok juga dia beda lagi," gerutunya, dan kemudian mengerjakan pekerjaan awalnya.
Selintas kejadian di atas menunjukan kelalaian karyawan pada bosnya. Tapi, bila ditilik lebih dalam, rupanya karyawan bersikap seperti itu karena bosnya. Ya, itu karena atasannya punya sifatplin-planatau tidak konsisten.
Perilaku bos yang tidak konsisten sendiri banyak terjadi, dan bukan hanya Diana yang pernah mengalami kejadian seperti itu. Hanya saja karena ada aturan tak tertulis di perusahaan bahwa bawahan tetap 'kalah' bila mengkritik atasan meskipun ia benar, akhirnya urunglah kritik itu dilancarkan. Daripada dipaksa, alih-alih datang solusi, malah nanti jadi "pusing sendiri." Alhasil banyak karyawan yang menerima begitu saja.
Pernah merasakan hal serupa, Moms? Atau mungkin Moms sendiri ialah bos yang masih suka berprilaku seperti itu? Kalau iya, moga kebiasaan itu bisa Moms hilangkan ya. Sebab,Vitayanti Wardoyo,FounderdanManaging DirectorDynargie – lembaga konsultan yang berfokus pada pengembangan karyawan, menjelaskan,inkonsistensi sangat memengaruhi produktivitas kerja dalam organisasi. Di mana perilaku itu bakal melahirkan budaya menunda-nunda dan menunggu. Hingga pada akhirnya produktivitas pekerjaan jadi menurun.
Coba bayangkan Anda menjadi Diana, dan punya bos yang plin-plan. Pasti Anda tak akan mau langsung mengerjakan tugas yang ia suruh, kan? Itu karena ada pemikiran bahwa nanti bos Anda akan berubah pikiran. Takut bila kerjaan yang disuruh sudah setengah jalan, dan akhirnya terpaksa dihentikan. Padahal waktu yang Anda keluarkan sudah banyak.
Solusinya? Satu-satunya solusi adalah konsistensi. Jangan mudah terpancing untuk melakukan keputusan impulsif. Baiklah, berkembang pesatnya teknologi dan sosial media yang menuntut orang harus serba cepat, tapi pikiran kita harus jernih Moms. Jadi, rileks saja, Moms.Calm down.Seduhlah teh yang ada di laci Anda, lalu setelahnya kalkulasi semua risiko serta pro-kontra dari keputusan yang ingin Anda ambil. Jadi, keputusan yang nantinya Anda ambil benar-benar matang.
"Pun kalau emang terpaksa mengubah kebijakan, semua harus berdasarkan data dan fakta," jelas Vita dalam buku Fun Leader Funtastic Result. Hingga jelas dasarnya mengapa keputusan kebijakan – entah itu strategi bisnis atau perencanaan bisnis – diubah dan para karyawan mengerti.
Harus pula melibatkan karyawan yang Anda 'bawahi' Moms. Buatlah rapat lalu mengajak mereka bertukar pikiran agar mereka merasa terlibat dan paham alasannya. Biar saat keputusan sudah diambil tidak ada 'omongan miring' lagi di belakang. Ketika keputusan dibuat, semua karyawan langsung kerja. Tancap gas.
Sebab, tidak ada yang lebih baik dari ucapan bosa selain ucapannya bisa dipegang? Ini sangat penting, karena dibalik itu kenyamanan dan keamanan karyawan taruhannya.
Sudah banyak penelitian bahwa karyawanresignkarena sikap dari bos yang 'buruk'. Untuk itu, jangan manambah daftar nama Anda di sana dengan membuat bawahan tidak betah ya Moms.
Tapi, kami yakin, sebagai ibu yang cerdas Anda bisa menempatkan diri. Mampu konsisten dengan keputusan Anda dalam menjawab tantangan kerja. Karena ganjaran dari konsistensi sendiri sangat besar. Yakni, bos yang konsisten akan membuat anak buah jadi konsisten berkerja – tidak ada lagi menunda-nunda. Kultur yang terbangun dalam organisasi ialah mereka akan langsung bekerja saat ada perintah. Hingga,output-nya pun bisa terukur; kita bisa memprediksikan pencapaian seperti Anda inginkan.
Dan, kalau sudah seperti itu.., enakkanjadi pemimpin konsisten, Moms? (Qalbinur Nawawi/ Dok. Free pik)