Warna, tekstur, dan frekuensi feses memang mewakilkan kondisi kesehatan Si Kecil. Bagi bayi dengan ASI eksklusif, tentu tidak ada perhitungan pasti yang bisa mencerminkan kesehatannya. Selama tekstur fesesnya masih lembut dan keluarnya lancar, hal ini dianggap normal.
Tekstur kotoran bayi baru lahir yang minum ASI tentu berbeda dengan tekstur bayi yang minum susu formula, karena kolostrum yang terkandung dalam ASI bersifat laksatif, sehingga memperlancar BAB. Kotoran bayi akan berangsur-angsur menjadi kuning terang seperti mustard dan encer bertekstur.
Pada minggu-minggu pertama, jadwal BAB bayi Anda masih belum teratur, tapi seiring berjalannya waktu, rutinitas BAB-nya akan mulai terbentuk sehingga Anda bisa tahu jadwal BAB Si Kecil setiap harinya. Ketika Anda mulai memperkenalkan makanan padat untuk si kecil, frekuensi BAB-nya akan berubah, begitu pun saat Si Kecil tidak enak badan.
Bila Si Kecil mulai beralih ke susu formula, lakukan secara bertahap agar ia tidak mengalami sembelit, rutinitas BAB-nya pun akan berubah. Bayi peminum susu formula memiliki kotoran berwarna kuning pucat atau kuning kecokelatan. Karena susu formula tidak dapat tercerna seluruhnya oleh bayi Anda, kotoran Si Kecil teksturnya akan lebih menggumpal, aromanya tidak sedap, dan hampir menyerupai kotoran orang dewasa. Bayi formula juga perlu BAB setiap hari untuk menghindari konstipasi. Semakin lama tidak BAB, kotoran akan semakin memadat sehingga makin sulit dikeluarkan.
Ketika Si Kecil sudah mulai kenal makanan padat, kotorannya akan banyak berubah. Makanan yang dikonsumsinya akan keluar dan terlihat dari kotorannya. Pada kondisi ini, kotoran akan menjadi lebih kental, gelap, dan berbau tidak sedap. Jika ia makan makanan yang kaya serat, kemungkinan makanan tersebut akan keluar utuh dalam kotorannya. Tidak perlu khawatir, hal ini mengartikan bahwa sistem pencernaannya belum mampu mencena makanan tersebut secara efektif. (Aulia/doc.M&B)