Kelainan mata pada bayi dapat memengaruhi tumbuh kembangnya. Ada bayi yang memiliki kelainan karena bawaan yang dipengaruhi oleh kehamilan ibu (congenital), ada pula yang didapat (acquired). Karena itu, Anda harus jeli melihat gejala yang terjadi.
Berikut adalah beberapa kelainan mata pada bayi yang harus Anda waspadai, Moms!
Nystagimus
Nystagimus adalah gerakan tanpa kontrol pada mata ke satu arah lalu ke arah yang lainnya seperti gerakan naik-turun, memutar atau ke kiri dan ke kanan. Hal ini bisa terjadi sejak lahir, namun ada pula yang mengalami nistagmus karena kondisi medis tertentu.
Selain gangguan gerakan mata, kemungkinan juga muncul gejala lainnya pada penderita nistagmus. Seperti penglihatan kabur atau buram, peka terhadap rangsangan cahaya (merasa silau) dan sulit melihat dalam keadaan gelap. Tak jarang, penderita juga merasa pusing dan tempat kaki berpijak seperti bergetar atau bergerak.
Retinopathy of Prematurity
Retinopathy of prematurity (ROP) atau retinopati prematuritas adalah kelainan mata yang kerap diderita bayi prematur. Kelainan mata ini berpotensi membutakan. Kondisi ini terutama terjadi pada bayi prematur dengan berat sekitar 1250 gram atau kurang, yang lahir sebelum minggu ke-31 kehamilan (jangka waktu kehamilan yang dianggap cukup bulan adalah 38-42 minggu). Semakin kecil bayi ketika lahir, semakin besar kemungkinannya untuk terkena ROP.
Gangguan ini, yang biasanya mengenai kedua mata, adalah salah satu penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan pada usia dini dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan seumur hidup dan kebutaan. ROP juga dapat menyebabkan juling, glukoms, katarak, dan lainnya sehingga harus diperiksa secara berkala untuk mengurangi dampak tersebut.
Anophthalmia
Anophthalmia adalah kondisi tidak adanya bola mata pada bayi atau bola matanya masuk ke dalam tulang mata. Nayional Eye Institute menyebutkan bahwa anophthalmia ini adalah kondisi di mana hanya satu buah mata yang tidak memiliki bola mata. Jika keduanya tidak ada, disebut dengan microphthalmia. Penyebab dari kelainan ini adalah genetik dan kromos yang abnormal. Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa bahan kimia, obat-obatan, radiasi, virus, hingga paparan sinar X saat kehamilan ibu meningkatkan risiko kelainan mata ini.
Glaukoma Kongenital
Situs glaucoma.org mencatat bahwa primary congenital galucoma atau galukoma kongenital ini biasanya didiagnosis sepanjang usia pertama Si Kecil di dunia. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kebutaan kedua pada anak-anak. Ketika ia mengalami glaukoma kongenital, tekanan di dalam bola matanya meningkat melebihi batas normal, bisa juga terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan saluran drainase cairan dari matanya. Kornea matanya akan meregang dan membesar. Cirinya adalah matanya berair, tampak keruh dan merah. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan bagian mata, pengukuran tekana bola mata, pemeriksaan ketajaman penglihatan, dan respons refleks pupil mata.
Amblyopia
Amblyopia atau lazy eyes adlah berkurangnya ketajaman visual pada mata anak. American Association for Pediatric Ophtalmology and Starbismus menyebutkan bahwa biasanya “mata malas” ini hanya terjadi pada satu bagian mata saja. Otak Si Kecil akan lebih fokus pada satu mata saja dan mengabaikan yang lainnya.
Katarak Pediatrik
Menurut American Association for Pediatric Ophtalmology and Strabismus, katarak adalah adanya semacam kabut atauh keruh pada lensa matayang normalnya bening atau tidak ada apa-apa. Nah, katarak pediatrik ini adalah sebutan untuk katarak yang timbul pada bayi. Katarak pediatrik menyebabkan adanya infeksi pada mata Si Kecil dan berpengaruh pad ametabolisme tubuhnya secara keseluruhan.
(Lydia Natasha/ BInar MP/MA/Dok. Freepik)