Kebanyakan anak di Indonesia terbiasa jajan. Bahkan sebagian orangtua lebih memilih memberikan anaknya uang jajan daripada membawakan bekal ke sekolahnya. Mengenai hal ini, ada pro kontra di kalangan Moms.
Mereka yang setuju berpendapat bahwa dengan diberi uang jajan, Si Kecil akan belajar mandiri dan bertanggung jawab dalam menggunakan uang dan terbiasa mengatur keuangannya sendiri. Menurut mereka, balita boleh saja diberikan uang jajan, asalkan orangtua bisa mengajarkan cara yang baik untuk menggunakan uang tersebut. Contohnya, selalu mengingatkan Si Kecil untuk tidak jajan sembarangan dengan uang jajannya. Ada pula yang berpendapat bahwa ini merupakan salah satu cara termudah untuk mengenalkan fungsi uang kepada Si Kecil. Ia pun bisa langsung berpraktik dengan menggunakan uang tersebut.
Sedangkan para Moms yang tidak setuju berpendapat bahwa memberikan uang jajan kurang mendidik, karena hanya akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang boros. Selain itu, balita belum mengerti apa fungsi uang, sehingga jika Si Kecil diberi uang, ia pasti akan jajan dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Mereka menyarankan, daripada memberi uang jajan, lebih baik mengajari Si Kecil menabung. Keduanya sama-sama menggunakan uang, tapidampak yang diberikan tentu jauh berbeda.
Menanggapi hal ini, psikolog anak dan keluarga, Indri Savitri, Psi, M.Psi, mengatakan bahwa pada usia balita, Si Kecil belum memahami dengan benar konsep uang jajan yang diberikan dengan alasan untuk belajar mengatur keuangan sendiri sejak dini. Yang ada di benak mereka hanyalah membeli apa yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan. Hal tersebut akan mendorong balita tumbuh menjadi anak yang boros, karena terbiasa memenuhi segala keinginan. Memberi uang jajan kepada balita juga dapat mengganggu pola makan dan memicunya untuk mengonsumsi makanan tak sehat. Jadi sebaiknya orangtua memang tidak memberikan uang jajan kepada anak. (M&B/SW/Dok. Freepik)