TODDLER

Ini Pentingnya Stimulasi Keseimbangan Pada Anak



Saat Si Kecil bertambah usianya, pertumbuhannya pun harus diperhatikan. Perkembangan keseimbangan pun sangat diperlukan untuk mengatur gerak motorik anak. Contohnya duduk, merangkak, berdiri, berjalan, melompat, hingga melakukan gerakan kompleks, seperti olahraga.

Pada dasarnya, rangsangan sensoris yang berasal dari lingkungan akan diterima Si Kecil melalui indera sensoris. Anda sebaiknya mengetahui bagaimana proses rangsangan yang diberikan, serta apa saja stimulasi untuk melatih keseimbangan Si Kecil. Berikut pemaparan yang diberikan oleh dr. Setyo Handryastuti, Sp.A(K), Konsultan Saraf Anak dari Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Proses Stimulasi Keseimbangan

Dalam perkembangan keseimbangan anak, rangsangan penglihatan, peraba atau taktil, pendengaran, serta proprioseptif (gerakan dari otot) memiliki peran yang sangat penting. Semua rangsangan tersebut akan bekerja dalam satu proses yang dapat mengembangkan keseimbangan anak.

Contohnya, saat anak belajar merangkak, Anda bisa memberikan stimulasi lewat mainan yang menarik secara visual dan dapat mengeluarkan bunyi untuk merangsang saraf pendengarannya.

Mengapa Stimulasi Penting Diberikan?

Stimulasi perlu diberikan agar anak tertarik melakukan suatu gerakan dan memberikan kesempatan untuk melakukan gerakan tertentu. Mereka juga dapat melatih gerak motorik agar lebih cepat, lancar, halus, dan terarah.

Stimulasi yang diberikan tergantung pada keterampilan gerak motorik yang akan dituju. Misalnya, Anda ingin mengembangkan kemampuan berjalan Si Kecil, Anda dapat memberikan stimulasi melalui alat bantu seperti push walker.

Pilih push walker yang memiliki warna menarik, dapat mengeluarkan bunyi, serta bentuk yang menarik. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat belajar berjalan dengan melatih keseimbangan secara maksimal dan menggerakkan tubuhnya saat mendorong push walker.

Jika Tidak Distimulasi

Jika Stimulasi tidak diberikan kepada anak sejak dini, gerakan anak akan menjadi kasar. Anak juga cenderung menjadi kurang terampil, canggung untuk melakukan sesuatu, serta kurang terarah dalam melakukan berbagai aktivitas.

Ciri-ciri itu disebut juga sebagai Developmental Coordination Disorder (DCD). Biasanya kondisi ini ditujukan bagi anak yang sering menabrak benda di depannya ketika berjalan atau berlari. Dalam aktivitas olahraga, anak juga kurang terampil dibandingkan teman-temannya.

DCD bisa ditangani melalui fisioterapi dan terapi sensori integrasi. Gerakan-gerakan yang diberikan akan disesuaikan dengan umur serta tujuan keterampilan motorik yang diharapkan. Contoh, untuk melatih anak yang terlambat berjalan, anak diminta untuk berjalan di titian atau jembatan kayu yang bergoyang. Sedangkan untuk melatih koordinasi dan keseimbangan gerak anggota tubuh kanan-kiri, anak diminta memanjat atau bermain monkey-bar. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)