Sekitar 2 hingga 5 persen bayi mengalami gangguan perkembangan seksual, berupa tidak turunnya testis ke kantung testis (skrotum). Kondisi ini umumnya terjadi pada bayi laki-laki yang lahir prematur atau memiliki tubuh sangat kecil.
Normalnya, testis yang belum turun akan bergerak sendirinya setelah bayi berusia 3-6 bulan. Namun, Moms perlu waspada bila testis Si Kecil belum juga turun hingga usia 6 bulan. Jika dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan kesuburan dan kanker testis.
Penyebab
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara benar oleh medis. Namun, kombinasi dari faktor genetik, kesehatan ibu, dan faktor lingkungan yang diperkirakan menjadi pemicu munculnya kondisi ini. Selain itu, perubahan fisik dan aktivitas juga dapat memengaruhi perkembangan testis.
Testis sendiri akan mulai turun dengan perlahan seiring perkembangan janin saat masih di dalam rahim ibu. Beberapa bulan sebelum persalinan, proses tersebut akan terjadi sehingga testis akan terus turun melalui kanalis inguinalis di daerah bagian selangkangan.
Kemudian, pada akhirnya akan masuk ke bagian skrotum atau kantung testis. Namun, jika terjadi gangguan yang disebutundescended testicle, maka proses turunnya testis ke skrotum ini akan terhambat atau bahkan berhenti.
Penanganan dan Pengobatan
Untuk memastikan, Moms dapat meraba kantung testis. Kantung yang belum terisi akan terasa kosong dan lembek. Agar testis bisa turun, dapat dilakukan tindakan berupa suntik hormonal sebelum usia 9 bulan atau operasi kecil yang disebut laparoskopi sebelum usia 1 tahun.
Pengobatan lain yang bisa dilakukan pada anak adalah operasi perbaikan posisi pada salah satu atau kedua testikel, yang disebut orchidopexy. Operasi ini biasanya baru dilakukan saat anak mencapai usia 12 bulan.
Operasi orchidopexy dilakukan dengan membuat sayatan di area selangkangan Si Kecil untuk menemukan letak testis yang belum turun. Lalu, testis tersebut akan didorong ke bawah dan diposisikan ulang di skrotum melalui luka sayatan operasi selanjutnya. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)