BABY

Kasus Bayi dengan Septicaemia (1)



Satu lagi, nyawa bayi malang harus terenggut akibat penyakit langka beberapa hari lalu. Apyasatya Wandalawangi, bayi pengidap penyakit langka, septicaemia atau dikenal dengan keracunan darah, akhirnya hanya sanggup bertahan hidup selama 1 bulan 3 minggu.

Sebelum meninggal, kondisi bayi yang diberi nama panggilan Arya itu terus menurun. “Arya sempat puasa, karena lambungnya sudah kurang menyerap ASI ibunya,” ungkap Sang Ayah, Purwanto, yang dihubungi M&B pada Jumat (08/11) sore lalu.

Arya dikabarkan meninggal sesaat setelah ia bisa bernapas tanpa bantuan ventilator. Badan Arya juga terlihat membiru saat alat bantu ventilator dilepas dari tubuhnya. Sampai akhirnya, Arya meninggal pada Jumat (08/11) malam lalu. Menurut Purwanto, jenazah Arya telah dimakamkan pada Sabtu (09/11) lalu di TPU Bintaro.

Sebelumnya, Arya diketahui mengidap septicaemia sejak dilahirkan pada 14 September 2013 lalu dan sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Hermina, Ciputat. Berbagai alat ventilator untuk membantu bayi malang ini bernapas pun terus menempel di sekujur tubuhnya. Namun, dokter yang menangani sempat menyarankan agar Arya dirujuk ke rumah sakit lain, karena pihak rumah sakit sudah tidak mampu menanganinya.

Purwanto mengaku sempat kesulitan untuk memindahkan bayinya ke rumah sakit lain. “Pihak dokter sudah menyarankan agar Arya dirujuk secepatnya ke rumah sakit yang peralatannya lebih lengkap, karena kondisi Arya terus menurun. Namun, menurut informasi dari dokter yang berpengalaman, biaya pengobatan penyakit ini bisa mencapai ratusan juta. Oleh karena itu, saya belum sanggup memindahkannya,” tutur Purwanto yang dihubungi M&B, Jumat (08/11) sore lalu. Total biaya yang sudah dihabiskan sampai akhir hayat Sang Bayi mencapai 49 juta rupiah.

Penyakit Arya diketahui menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan berbagai peradangan dan pembekuan darah. Septicaemia adalah penyakit serius akibat infeksi banyak bakteri di dalam darah yang membelah diri secara aktif. Penyakit ini dapat berisiko fatal, karena dapat mengancam keselamatan jiwa ketika seluruh tubuh pengidap bereaksi dengan cepat terhadap infeksi bakteri tersebut.

Kondisi ini menyebabkan disfungsi pada organ tubuh, seperti syok akibat terganggunya sirkulasi darah, depresi jantung, serta peningkatan dan kelainan organ metabolisme. (Aulia/DMO/Dok. M&B)