BABY

10 Hal yang dapat Membantu Pertumbuhan Otak Bayi



Tak hanya asupan makanan yang berpengaruh pada tumbuh kembang otak bayi, 10 aktivitas berikut ini juga dipercaya bisa membantu pertumbuhan otak Si Kecil, Moms.


1. Kontak Mata

Melalui kontak mata Anda dan Si Kecil, sel-sel otaknya akan terhubung. Lewat saling menatap, tercipta koneksi emosi kuat yang membuat bayi merasa dicintai dan merasa dirinya berharga. Dr. Jean Clinton, psikolog anak dari McMaster University, Ontario, Kanada, mengatakan kontak mata adalah koneksi yang sederhana, namun terbaik.


2. Sentuhan

Sentuhan adalah kebutuhan utama bayi dan berfungsi menciptakan koneksi antar sinap sel otak bayi. Pelukan dan ciuman lembut akan membuat bayi merasa terlindungi dan kebutuhan afeksinya terpenuhi sehingga ia akan merasa aman serta memiliki kepercayaan diri saat mengeksplorasi sekitarnya. Sentuhan memiliki efek ke sistem limbik, yang merupakan 'rumah' dari emosi-emosi positif. Ini akan menguatkan perasaan-perasaan positif yang ia miliki dan tumbuh menjadi pribadi dengan EQ di atas rata-rata.


3. Merespons

Respons seperti apa yang membuat Si Kecil merasa nyaman? Pertama, yang memiliki sensitivitas. Moms bisa merasakan keresahan bayi lewat bahasa tubuh dan ekspresinya. Kedua, timing, Moms cepat memberi respons tanpa perlu menunggu bayi menangis terlebih dulu. Ketiga, kehangatan, yang membuat Si Kecil belajar secara sederhana makna kata percaya. Dan terakhir, respons yang diberikan sesuai harapan buah hati Anda.


4. Berbicara

Sejak di dalam kandungan bayi sudah bisa mendengar dan mengerti suara orang-orang terdekatnya, terutama ibu. Maka dianjurkan untuk berbicara pada bayi sesering mungkin dengan penuh kasih sayang.


5. Mengenalkan Aroma

Pertama kali bayi mengenal ibunya bukan dari wajah maupun namanya, namun dari aromanya. Ia juga mampu mengenali aroma air susu ibu. Menurut Denise Davy, penulis dari Canadian Institute of Research, aroma yang berbeda menstimulasi tumbuh kembang otak bayi. Karena itu, berilah Si Kecil waktu untuk mencium dan mempelajari aroma. Saat Anda mengajak anak jalan-jalan, biarkan ia mencium aroma udara, tanah, hingga bunga. Dari aroma ia mampu mengasosiasikan atau membangunkan kembali memori pada saat ia mencium aroma tersebut.


6. Merasa Relaks

Cuddling atau bercanda juga sama penting dengan stimulasi lain. Clyde Hertzman, direktur Human Early Learning Partnership dan Canada Research Chair in Population Health and Human Population, berpendapat, "Semua stimulasi harus seimbang. Sangat disayangkan jika Anda menjadi terlalu berambisi untuk memberi stimulasi optimal dan momen-momen spesial itu malah tercuri dengan ketegangan atau atmosfer kompetitif."


7. Memandikan Anak

Saat mandi, Si Kecil bisa mendapat stimulasi kaya yang membantu tumbuh kembang otaknya. Pasalnya, dari aktivitas mandi, ia bisa mendapat berbagai macam stimulasi dari auditori, visual, taktil, hingga kognitif. Bahkan aktivitas ini bisa mengasah sejak dini konsep body image sampai body awareness.


8. Bermain

Adele Diamond, profesor dari fakultas Developmental Cognitive Neuroscience, University of British Colombia, Vancouver, Kanada, mengatakan, bayi menyukai hal yang terprediksi dan senang memencet atau menarik mainan. Untuk anak usia setahun, Adele menyarankan permainan yang diiringi tantangan dan membuat logika anak seperti meletakkan sebuah objek yang dapat dilihat, tapi membutuhkan strategi untuk diraih, seperti di balik bantal.


9. Membacakan Cerita

Saat Anda membacakan cerita, Si Kecil mendapat multi stimulasi, dari pendengaran melalui suara lembut ibu, penglihatan dari benda-benda yang ia lihat di buku, memperoleh pengetahuan tentang dunia sekitar hingga emosi. Stimulasi yang kaya ini membentuk banyak sinap dan rangkaian fungsional (sirkuit) yang menyentuh semua area otak sehingga penyimpanan memori optimal.


10. Bermain Bersama

Dr. Kyle Pruett, profesor fakultas psikologi anak dari Yale University, Connecticut, AS, lewat artikel Mom and Dad are Different: The Critical Role of Fathers menulis kalau saat bermain, ayah jarang menggunakan alat bantu dan permainannya bersifat fisik. Sementara dengan ibu, permainan lebih bersifat edukatif, menggunakan alat bantu dan hati-hati. Dari bermain dengan dua gender yang berbeda, anak mendapat stimulasi optimal dan belajar konsep bermain yang seimbang, yakni permainan yang komplet itu bisa seru dan fisik, namun bisa juga edukatif dan menenangkan. (M&B/SW/Dok. Freepik)