TODDLER

Mengenal Sindrom Pipi Merah pada Anak, Apa Itu?



Sindrom pipi merah (slapped cheek syndrome) merupakan jenis infeksi umum yang banyak menyerang anak usia 3-15 tahun. Sekitar 5-10 persen anak di kelompok usia ini pernah terkena sindrom tersebut. Penyakit ini menyerang anak yang daya tahan tubuhnya rendah dan dapat terjadi sepanjang tahun, tanpa mengenal musim. Namun, biasanya pada saat musim hujan, daya tahan tubuh akan menurun sehingga risiko terpapar virus ini pun akan meningkat.

Infeksi ini disebut sindrom pipi merah karena menimbulkan ruam merah di pipi. Sindrom pipi merah termasuk penyakit ringan, namun sangat mudah menular. Penularannya terjadi melalui udara yang disebabkan batuk dan bersin, cairan pernapasan berupa air liur dan lendir, serta transfusi darah.


Gejala

Gejala awal sindrom pipi merah umumnya sangat ringan dan tidak spesifik. Penderitanya pun hanya mengalami common cold, seperti demam, pusing, dan hidung berair.

Setelah itu akan muncul ruam merah di bagian pipi yang mungkin juga menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam tersebut akan hilang dalam waktu 1-2 minggu. Ruam ini bisa menyebabkan rasa gatal, dan pada beberapa kasus, ruam juga menimbulkan nyeri di persendian dan bengkak.


Penyebab

Sindrom pipi merah ini terjadi karena penderita terinfeksi Parvovirus B19 (B19V) yang sifatnya sangat menular. Pada awalnya, virus ini hanya menyerang hewan. Namun, pada 1975, Yvonne Cossart, seorang ahli virus, menemukan jika B19V juga dapat mengenai manusia. Masa inkubasi virus terjadi dalam 4 hari sampai 4 minggu sebelum akhirnya ruam muncul.


Cara Menangani

Penderita penyakit ini sesungguhnya tidak memerlukan pengobatan khusus, karena dapat sembuh dengan sendirinya. Untuk mengurangi risiko penularan, biarkan Si Kecil beristirahat dan cuci tangannya secara berkala.
Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, tidak mencium Si Kecil di mulut, dan membersihkan mainannya dengan baik.


Hubungi Dokter

Jika sindrom pipi merah ini berlangsung lebih dari 2 minggu, sebaiknya segera bawa Si Kecil ke dokter. Dokter biasanya akan memberi terapi penunjang jika diperlukan. Penderita yang terganggu oleh demam akibat serangan virus ini dapat mengonsumsi parasetamol untuk meredakan demamnya. (M&B/SW/Dok. Goodtoknow.co.uk)