TODDLER

Tegas atau Kompromi, Mana yang Anda Pilih? (1)



Setiap ibu pasti setuju bahwa menghadapi anak balita merupakan saat yang paling penuh tantangan. Dalam menjalankan peran tersebut, Anda mungkin saja bertindak secara tegas dalam menghadapi anak. Atau, Anda memilih untuk berteriak dan mengancam, hingga ikutan ngambek ketika anak mulai sulit diatur.

Tapi, tak jarang justru orang tua memaklumi perilaku Si Kecil dan berkompromi dengan situasi tersebut. Maka, setiap orang tua pasti memiliki prinsip masing-masing dalam mendidik anak. Kenali prinsip mana yang lebih tepat buat Anda, sehingga bisa Moms terapkan dan menjadi yang terbaik untuk anak Anda. Berikut ini adalah beberapa masalah yang kerap dialami para Moms dalam menghadapi balita dan solusinya.


Menghadapi Si Pemilih

Si Kecil mungkin sudah mulai pemilih untuk urusan makanan. Mereka memperlihatkan ketidaksukaannya pada sayuran atau lauk tertentu, hingga memilih untuk mogok makan. Berbagai cara pun sudah Anda coba untuk mengatasi perilaku si picky eater ini. Namun rupanya, ia bisa membedakan mana makanan yang ia inginkan dan tidak di atas piringnya.

"Jika situasi ini terjadi, biarkan saja ia lapar," anjur pakar fooding anak-anak, Annabel Karmel, yang juga penulis buku After School Meal Planner. "Konsisten dalam mendidik anak sangatlah penting. Apabila Anda plin-plan dalam memberikan aturan, maka Si Kecil pun tidak tahu harus menuruti yang mana."

Kebanyakan ibu akhirnya memberikan camilan pada anak mereka, sehingga Si Kecil tidak pernah merasakan lapar yang sesungguhnya. Meski memberikan camilan sehat di saat yag tepat diperbolehkan, tapi jika terlalu banyak tetap membuat Si Kecil merasa kenyang. Akibatnya ia jadi tidak berselera saat waktu 'makan besar'-nya tiba. "Jika seorang anak lapar, ia pasti mau makan apa saja," kata Annabel. Ia menganjurkan untuk membuat atau menyediakan camilan dalam porsi kecil saja untuk Si Kecil.


'Kata Mama' VS 'Kata Nenek'

Apabila Anda masih tinggal di 'Pondok Mertua Indah', menjadi terasa sulit jika cara mendidik Anda dengan ibu mertua berbeda. Ketika Moms berusaha untuk medidik anak dengan tegas, biasanya si nenek memberi kelonggaran atau berlawanan dengan Anda saat menghadapi Si Kecil.

Misalnya, neneknya memperbolehkan Si Kecil menonton film dari gadget di luar waktu yang sudah Anda tentukan. Saat situasi seperti ini terjadi, cobalah untuk berdiskusi dahulu dengan anak Anda. Beri pengertian bahwa aturan saat bermain bersama nenek tidak sama saat ia bersama Anda.

Namun, jangan membiarkan situasi ini terlalu lama jika sudah memengaruhi perilaku anak, contohnya Si Kecil menjadi tidak disiplin dan patuh pada Moms. Ajaklah ibu mertua untuk berdiskusi, sampaikan bahwa Anda sangat menghargai bantuan dan keterlibatannya. Namun sayangnya, hal tersebut memberikan dampak buruk pada cucunya yang mungkin menjadi lebih manja atau sulit diatur.

Anda bisa memberi usul pada ibu mertua, seperti mengganti cokelat atau permen dengan biskuit sayuran, atau mendongeng lebih lama ketika bermain dengan Si Kecil. Dan meski jangan terlalu berharap, akan sangat membantu jika suami bisa mendukung Anda, Moms.


Menghadapi Si Egois

Ketika Si Kecil sedang bermain dengan temannya, ada saja hal-hal yang bisa menjadi masalah. Seperti anak Anda yang tiba-tiba merebut mainan sang teman hingga ia menangis. Meski membuat Anda menjadi tidak enak dengan ibu dari temannya, berusahalah untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi tersebut.

Lalu, tenangkan Si Kecil sambil memberi pengertian padanya bahwa jika ia bisa main bersama-sama akan lebih menyenangkan. "Sebab, balita tidak serta merta diberkahi kemampuan bersosialisasi dan berbagi," kata Dr. Christopher Green, penulis buku New Toddler Taming.

"Anak Anda tahu bahwa dirinya sangat penting, dan setiap mainan adalah haknya. Itulah sebabnya ia akan menjauhkan semua pengganggu dari apa yang menjadi haknya," tambahnya. Anda pun tidak perlu khawatir apabila Si Kecil nampak sebagai orang yang egois. Belum tentu ia akan tumbuh dewasa dengan sifat yang sama tersebut.

"Di usia inilah anak balita memerlukan bimbingan tanpa kekerasan, ditambah lagi waktu dan perubahan usia juga akan sangat berperan pada perkembangan kepribadiannya," jelas Dr. Green. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)