Selama mengonsumsi ASI eksklusif, bayi jarang mengalami masalah buang air besar (BAB). Namun, ada kalanya BAB Si Kecil tidak lancar. Dr. Rika Oktarina Rony, Sp.A, MARS, dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, Tangerang, mengatakan, saat usia 0-6 bulan, Si Kecil bisa BAB lebih dari 3 kali dalam sehari, karena ASI dapat melancarkan BAB.
Namun, ketika sudah mulai mengenal MPASI, organ pencernaan Si Kecil akan beradaptasi, sehingga ia BAB sekitar 2-3 kali dalam sehari. Tetapi, jika frekuensi buang air besarnya jarang, misalnya seminggu hanya 2 kali, berarti ia mengalami konstipasi atau sulit BAB, Moms.
Apa Penyebab Bayi Sulit BAB?
Ada 2 hal yang menjadi penyebab konstipasi pada bayi, yaitu organik dan fungsional. Konstipasi dengan penyebab organik rata-rata sudah bisa dideteksi sejak Si Kecil masih mengonsumsi ASI eksklusif. Penyebab organik biasanya:
⢠Ada kelainan pada anatomi tubuhnya, misalnya kelainan anus. Beberapa jenis kelainan anus adalah letak lubang anus yang tidak tepat (terlalu tinggi atau terlalu rendah), atau tidak punya lubang anus sama sekali (apresia).
⢠Gangguan saraf dan otot.
⢠Tidak keluarnya mekonium (feses yang merupakan kotoran pertama bayi) saat ia lahir.
Sedangkan penyebab fungsional terjadi karena fungsi usus Si Kecil belum bekerja maksimal dan berpengaruh pada pencernaannya. Ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan serat, kehilangan cairan, tidak cocok dengan susu formula, dan intoleransi laktosa.
Gejala Bayi Sulit BAB
Untuk mengetahui apakah Si Kecil sulit BAB atau tidak, perhatikan frekuensi BAB-nya, Moms. Menurut dr. Rika, Anda bisa waspada bila ia hanya BAB 2-3 kali dalam seminggu dan menjadi lebih rewel dalam minggu tersebut.
Cek pula bagian perut Si Kecil. Biasanya, bentuk perut bayi yang konstipasi lebih buncit. Jika saat dipegang, perutnya tegang dan bagian bawah perut sebelah kirinya lebih keras daripada bagian lain, bisa dipastikan ia mengalami konstipasi.
Mengatasi Bayi Sulit BAB
Ketika menyadari Si Kecil mengalami kesulitan BAB, segera bawa ia ke dokter untuk mencari tahu apa penyebabnya. Dokter juga akan memeriksa langsung dubur Si Kecil atau merangsang pengeluaran tinja.
Jika penyebabnya organik, kemungkinan Si Kecil akan dioperasi untuk perbaikan letak anus. Bila fungsional, dokter akan memberi obat lewat suntikan maupun kapsul, serta memantau asupan apa saja yang masuk ke dalam tubuhnya.
Lakukan Pencegahan dengan Ini
Dokter Rika menganjurkan beberapa hal yang harus diperhatikan agar Si Kecil tidak mengalami kesulitan BAB:
1. Kandungan serat. Bayi usia 6 bulan ke atas sudah bisa menyantap MPASI. Sangat penting bagi Anda untuk memasukkan kandungan serat ke dalam menu harian Si Kecil. "Kacang-kacangan, beras merah, buah-buahan, dan sayuran wajib Anda berikan agar ia tidak sulit BAB," kata dr. Rika.
2. Mudah dicerna. Makanan yang Anda berikan harus mudah dicerna. Dokter Rika menyarankan agar Anda memberikan makanan yang sudah benar-benar lumat kepada Si Kecil, sehingga tidak menyulitkan organ pencernaan untuk menyerapnya.
3. Variasi Makanan. "Dengan memberikan menu yang bervariasi, bayi akan mengenal beragam jenis makanan dan belajar beradaptasi mengonsumsi makanan padat," tutur dr. Rika. Jika hari ini Si Kecil makan pure buah, maka besok Anda bisa memberikannya bubur. Dokter Rika juga mengatakan bahwa pada dasarnya tak ada makanan khusus yang harus dihindari atau dapat melancarkan BAB bayi.
4. Susu formula. Jika Moms memberikan susu formula pada Si Kecil, Anda perlu tahu bahwa kadar laktosa dan kandungan pada susu formula bermacam-macam. Jadi, sebaiknya antisipasi jika Si Kecil mengalami intoleransi. Gantilah susu formulanya jika frekuensi BAB mulai tidak wajar.
5. Banyak minum. Salah satu penyebab konstipasi adalah dehidrasi. Perhatikan juga asupan air Si Kecil setiap harinya ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)