TODDLER

Anak Berusia di Atas 4 Tahun Tantrum! Saatnya Waspada



Berteriak, menjerit, dan menangis hingga lelah. Tantrum memang kerap terjadi pada Si Kecil. Namun Moms juga perlu tahu batas toleransi usia anak untuk mengalami tantrum.

Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak yang masih kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan keinginannya. Tantrum bisa ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak atau marah-marah.

Tantrum bisa terjadi pada anak-anak berusia 1 hingga 4 tahun. Apabila Si Kecil sudah berusia lebih dari 4 tahun tapi masih sering 'mengamuk', Moms tentu perlu waspada.

Ada kemungkinan yang dialami anak Anda bukan tantrum. "Tantrum memang normal dialami anak berusia 1-4 tahun. Akan tetapi di usia lebih dari itu, sudah tidak wajar," kata psikolog, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si.

Menurutnya, anak berusia 4-6 tahun sudah bisa mengontrol emosi dan dirinya sendiri agar tidak meledak-ledak. Jadi ketika anak berusia di atas 4 tahun mengalami tantrum, penyebabnya bisa karena kesalahan pola asuh dari orang tua.

Oleh sebab itu, orang tua perlu mengevaluasi gaya mengasuh ketika kontrol emosi anak masih tidak terkendali saat usianya sudah memasuki lima tahun. "Biasanya karena anak menangis sedikit, langsung dituruti permintaannya. Tanpa disadari, kebiasaan semacam ini bisa mengakibatkan tantrum pada anak tidak hilang-hilang," jelas Anna.

Selain kesalahan dalam pola asuh, tantrum pada anak berusia di atas 4 tahun juga bisa disebabkan anak mencontoh tingkah laku orang lain di sekitarnya. Sebagai catatan, tantrum dianggap tidak normal jika anak mengalami dan melakukan hal-hal berikut ini.


Durasi Marah yang Lama

Untuk anak normal, biasanya mereka hanya akan mengamuk selama sekitar 20-30 detik saja. Lalu durasi tantrum pada anak yang paling lama adalah 15 menit. Setelah itu, suasana hatinya akan mulai tenang dan kembali seperti biasa.

Moms perlu waspada jika anak tantrum hingga lebih dari 25 menit. Dengan durasi tantrum yang lama, suasana hati anak bukannya kembali normal tapi justru memburuk. Jika kondisi ini sering terjadi saat anak berusia 4 tahun ke atas, Moms disarankan untuk membawa Si Kecil ke psikolog guna menjalani pemeriksaan lebih lanjut.


Berulang dan Terlalu Sering

Tantrum merupakan bentuk respons akibat ketidakmampuan anak mengatur rangsangan emosional yang dimilikinya. Jika frekuensi tantrum pada anak sudah lebih dari lima kali dalam sehari dengan tindakan berteriak atau melempar barang, maka bisa tantrum tersebut bisa dikategorikan tidak normal.

Anda juga perlu mewaspadai jika anak mengalami tantrum sebanyak 10-20 kali dalam sebulan. Ada kemungkinan anak mengalami masalah kejiwaan serius dan harus mendapatkan penanganan ahli.


Ada Kontak Fisik

Saat anak marah hingga melakukan kontak fisik dengan orang lain, seperti menendang, memukul, mencakar, atau melempar barang, maka bisa dibilang tantrumnya sudah tidak wajar. Tindakan kasar semacam itu bisa berbahaya baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Moms, harus mulai berhati-hati karena fenomena semacam ini bisa menjadi pertanda anak mengalami gangguan emosional.


Melukai Diri Sendiri

Ada anak yang melampiaskan kemarahan dengan melukai orang lain. Akan tetapi ada juga anak yang melampiaskannya dengan cara melukai diri sendiri, seperti membenturkan kepala atau mencakari tubuhnya. Tindakan tersebut menunjukkan tanda bahwa anak ini memiliki tekanan psikologis dengan level berat sekaligus sebagai cara mencari perhatian orang tua karena tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Biasanya, tindakan menyakiti diri sendiri mulai terjadi saat anak berusia 16 bulan hingga 2 tahun, atau saat ia masih belum lancar berbicara sehingga sulit untuk mengutarakan keinginannya. Memasuki usia 3 tahun, kebiasaan ini akan berangsur hilang dengan sendirinya. Apabila Si Kecil tetap melakukan hal yang sama saat memasuki usia 4 tahun, artinya ia memiliki masalah dalam mengontrol emosi.


Tidak Mampu Menenangkan Diri

Saat tantrum, biasanya orang tua berusaha menenangkan Si Kecil dengan merayu atau membujuknya. Namun perlu diketahui, anak juga memiliki kemampuan untuk menenangkan dirinya sendiri. Saat ia tidak bisa lagi menghentikan amarahnya, maka pertanda adanya masalah. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)