BABY

Ketahui Alasan di Balik Aksi Tutup Mulut Anak Anda



Mulut adalah 'pintu' masuknya nutrisi. Namun, ada beberapa masalah yang dapat terjadi di rongga mulut, khususnya pada Si Kecil. Hal ini akan memengaruhi saraf dan organ oral di sekitarnya, seperti lidah, gusi, dinding rongga mulut, dan langit mulut.

Jika gangguan itu muncul, maka bisa membuat nafsu makan anak Anda menjadi berkurang. Kebutuhan nutrisinya pun tidak bisa terpenuhi, sehingga menghambat perkembangan Si Kecil. Karena itu, Moms perlu mengenal jenis gangguan di rongga mulut yang bisa dialami bayi berikut ini.


Infeksi Jamur (Moniliasis)

Seperti namanya, gangguan ini disebabkan karena tumbuhnya jamur di dalam rongga mulut bayi. Jamur Candida albican yang menyerang bagian lidah dan gusi Si Kecil, namun yang paling sering adalah pada bagian membran lidah.

Faktor pencetus utamanya adalah dari benda-benda bayi, seperti dot (empeng), botol susu, bantal, pakaian, dan lain-lain. Peralatan tersebut bisa menyuplai tumbuhnya jamur pada mulut bayi karena kebersihannya yang kurang terjaga dengan baik. Bahkan, penyebaran jamur bisa terjadi ketika Anda tidak menjaga kebersihan area payudara ketika masih memberikan ASI.

Gejala yang terlihat di antaranya muncul bercak kecil berwarna putih kekuningan yang timbul pada selaput lendir lidah yang kasar. Kemudian di sekitarnya akan muncul pula bercak besar seukuran jarum pentul berwarna sedikit kemerahan.

Untuk penanganannya, dokter akan memberikan obat tablet hisap yang cepat larut dalam mulut. Namun pada bayi yang masih terlalu kecil, diberikan obat sejenis gel yang bisa langsung ditempelkan di bagian mulut yang terkena jamur.


Gigis (Rampant Caries)

Gigis merupakan suatu kondisi saat gigi bagian depan atau belakang Si Kecil terkikis akibat penimbunan sisa zat makanan atau minuman yang memicu berkembangnya bakteri Streptococus mutans. Gangguan ini sering terjadi pada bayi berusia 6-24 bulan, saat ia sedang dalam proses pertumbuhan gigi.

Kondisi ini umumnya terjadi karena kebiasaan penggunaan empeng dan dot botol susu yang terlalu sering setiap hari. Ini biasanya terjadi pada Si Kecil yang sudah mengonsumsi susu formula. Apalagi jika minum susu dari dot dilakukan saat Si Kecil tidur malam.

Beda dengan karies, gigis terjadi akibat serangan bakteri yang terus-menerus hingga gigi rata dengan gusi. Sedangkan karies bisa berhenti, meski gigi tinggal separuhnya. Gejala yang timbul adalah gigi yang berwarna kekuningan, lalu Si Kecil akan merasakan sakit gigi saat mengunyah.

Lebih parahnya, gigi bisa berakibat pada abses (bengkak dan peradangan) pada bagian gusi di daerah akar gigi. Jika tidak segera ditangani, peradangan akan menimbulkan nanah yang keluar dari gusi dan rasa sakit yang muncul akan luar biasa.

Pencegahan bisa dilakukan dengan mengganti dot dengan gelas saat Si Kecil minum susu. Jangan juga berikan makanan atau minuman manis secara berlebihan padanya. Serta upayakan untuk memeriksa kondisi gigi 6 bulan sekali secara rutin ke dokter gigi.


Sariawan (Stomatis Aftosa)

Bayi bisa mengalami sariawan, yang umumnya disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh Si Kecil. Gejalanya ditandai dengan muncul bintik bulat (vesikel) berwarna putih kekuningan akibat robeknya selaput kulit terluar rongga mulut.

Namun pada gejala psikis, anak yang mengalami sariawan akan mengeluarkan air liur yang sangat banyak. Kemudian suhu badannya meningkat hingga 40 derajat Celsius. Si Kecil juga akan lebih rewel, tidak nafsu makan, muntah, serta tidak mau minum ASI ataupun susu botol.

Penanganan yang diberikan dokter di antaranya memberikan obat sariawan berbentuk gel (baby gengigel) khusus untuk bayi. Obat ini mengandung anastetikum yang mematikan kuman dan virus, serta memberikan efek dingin di dalam mulut.

Selain itu, Anda pun bisa memberikan makanan yang mengandung vitamin B dan C dari buah dan sayur. Dan yang terpenting, jangan menyikat giginya terlalu kasar dan gunakan bulu sikat yang lembut untuk menghindarinya dari sariawan. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)