TODDLER

Anak Anda Gemar Membual? Ini Cara Mengatasinya, Moms



"Aku sering banget jalan-jalan ke luar negeri". "Ayahku, punya lima mobil, lho". Saat mendengarkan percakapan Si Kecil dengan teman-temannya, apakah Moms sering mendengar kalimat-kalimat seperti itu?

Membual atau menceritakan hal-hal yang tidak benar dengan tujuan menyombongkan diri tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Tak jarang, anak-anak juga berbohong secara berlebihan ketika tengah bermain dengan teman-temannya.

Alasannya bisa berbagai hal, bisa karena anak ingin dianggap hebat oleh teman-temannya. Ada pula anak yang membual hanya untuk menutupi kekurangannya atau karena takut diejek oleh kawan-kawannya.

Dengan bercerita secara berlebihan, anak berharap bisa mendapatkan perhatian dari teman-temannya. Namun terkadang yang terjadi, teman-temannya justru menjauhi apabila mengetahui segala ucapan Si Kecil hanya omong kosong belaka.

Menangani, Bukan Memarahi

Menangani anak yang suka membual memang tidak mudah. Akan tetapi satu hal yang pasti, hukuman dan pelarangan dalam bentuk keras bukan metode yang jitu guna mengurangi kebiasaan membual yang dilakukan Si Kecil.

Moms dan Dads, bisa mengikuti langkah-langkah berikut apabila mengetahui Si Kecil suka membual.

1. Jangan memojokkan perilaku anak dengan mengatakan "Kamu berbohong, ya?" atau "Kenapa sih, kamu berbohong?". Jika disikapi seperti ini, anak akan semakin berusaha membela dan mempertahankan diri. Hal ini membuat Si Kecil semakin tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karena ia takut dimarahi.

2. Tidak memberikan respons positif atau membiarkan apa yang dikatakan atau diceritakan. Jika Moms bersikap seperti itu, maka anak akan menganggap perbuatannya sebagai sesuatu yang wajar. Ia tidak akan tahu mana yang baik dan mana yang tidak. Bahkan ada kecenderungan anak akan mengulangi kembali perilaku membualnya.

3. Ajak anak berbicara dari hati ke hati. Orang tua perlu memberitahu sikap dan perilaku yang seharusnya, seperti "Kak, kenapa kamu berkata kepada teman-teman bahwa kamu pernah pergi berlibur ke Amerika padahal itu kan tidak benar? Lain kali, kalau berbicara yang sebenarnya, ya. Jangan diulangi lagi, lho". Pilihlah kata-kata yang lembut dan tidak bersifat menghakimi atau memojokkan Si Kecil.

4. Cari latar belakang perilaku membual tersebut. Sebetulnya dari obrolan dengan anak, orang tua bisa menggali penyebab anak membual. Apakah Si Kecil mencontoh dari orang lain, merasa rendah diri sehingga ingin dianggap hebat, atau ada sebab lain? Apabila karena mencontoh, orang tua tentunya perlu introspeksi diri. Beritahu anak sikap mana yang benar dan mana yang tidak.

Apabila anak ingin mendapatkan perhatian, beritahukan cara-cara lain yang lebih baik agar ia diperhatikan oleh lingkungannya. Akan tetapi jika anak membual karena rasa rendah diri, maka Moms perlu membantunya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dengan menggali atau menonjolkan kelebihan yang dimiliki Si Kecil.

5. Buat kesepakatan bersama. Beri anak konsekuensi apabila berperilaku membual. Salah satu caranya adalah dengan mengambil apa yang sangat disukainya, seperti mengurangi uang jajan, tidak boleh bermain games pada akhir pekan, dan sebagainya. Dengan begitu, anak akan belajar bahwa dirinya tidak akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan dengan bersikap buruk.

6. Beri contoh-contoh pemahaman atas perilaku tersebut. Bisa lewat cerita tentang dampak negatif yang diterima apabila seseorang membual, seperti "Kak, kalau kamu sering mengatakan tentang sesuatu secara berlebihan dan tidak sebenarnya, ketika temanmu mengetahuinya maka mereka tidak percaya lagi. Nanti mereka tidak mau bermain dan berteman lagi, bagaimana? Sedih kan?". Diharapkan dengan cara ini, anak mau mengurangi perilaku membualnya secara perlahan.

7. Bekerja sama dengan guru di sekolah untuk membantu memperbaiki perilaku anak yang suka membual. Ceritakan kepada guru tentang perilaku yang diharapkan dari Si Kecil. Guru pun bisa memperhatikan perilaku Si Kecil dan membantu memperbaikinya di sekolah.

8. Jika perilaku membual Si Kecil tak kunjung berhenti, mungkin sebaiknya Anda membawanya ke ahli atau psikolog. Perilaku semacam ini tentunya tidak bisa dibiarkan karena akan menimbulkan efek tidak baik bagi tumbuh kembang anak. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)