Leukosit atau sel darah putih memang terbilang jarang diperhatikan, padahal perannya sangat penting! Ini adalah jenis sel darah dalam tubuh yang berfungsi melawan infeksi, virus, dan jamur dalam tubuh. Tak hanya itu, leukosit juga membantu tubuh untuk memerangi zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh, Moms.
Normalnya, jumlah leukosit dalam darah anak sekitar 4.500 hingga 10.000 per mikroliter darah. Namun pada beberapa kondisi kesehatan, angka leukosit pada tubuh anak Anda bisa melejit tinggi. Apa sih penyebab leukosit tinggi pada balita? Apa dampaknya? Dan bagaimana pula cara menurunkannya? Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, simak beberapa penjelasan di bawah ini yuk, Moms.
Jenis-jenis Leukosit
Selain sel darah merah, sumsum tulang juga menghasilkan 4 jenis sel darah putih yang perannya pun berbeda-beda. Menurut Boston Children Hospital, 4 jenis leukosit tersebut adalah:
⢠Neutrophils: Berperan melawan infeksi bakteri dan virus.
⢠Lymphocytes: Berperan memerangi virus, menghasilkan imun tubuh, dan melancarkan sistem imun tubuh.
⢠Monocytes/Macrophages: Sel pemakan kuman.
⢠Eosinophils dan basophils: Keduanya membantu melawan parasit dan segala jenis respons alergi.
Banyak penyakit yang bisa menyebabkan sumsum tulang menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit leukosit atau sel darah putih. Penyakit tersebut juga bisa menghasilkan sel darah putih yang tidak berfungsi seperti seharusnya.
Indikasi
Tingginya angka sel darah putih dapat mengindikasikan beberapa hal, seperti:
⢠Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
⢠Reaksi akan obat yang meningkatkan produksi sel darah putih.
⢠Penyakit sumsum tulang yang menyebabkan produksi leukosit yang terlalu tinggi.
⢠Gangguan sistem imun yang meningkatkan produksi sel darah putih.
Penyebab Leukosit Tinggi
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan produksi leukosit atau sel darah putih melejit tinggi. Menurut Mayo Clinic, beberapa penyakit itu adalah:
1. Acute Lymphocytic Leukemia (ALL)
Ini adalah jenis kanker pada darah dan sumsum tulang yang sering terjadi pada anak. Ini terjadi pada sel-sel mirip spons yang ada di dalam tulang, tempat produksi sel darah putih. Akibatnya sel darah putih dihasilkan lebih cepat (sehingga lebih banyak), namun belum matang.
Gejala: Pendarahan gusi, tulang nyeri, demam, sering infeksi, sering mimisan parah, kulit pucat, sulit napas, lemah, dan kurang energi.
2. Myelofibrosis
Walau tergolong jarang terjadi, namun jenis kanker tulang sumsum ini sangat memengaruhi produksi sel darah putih dalam tubuh. Penyakit ini juga melukai sumsum tulang, sehingga penderitanya bisa mengalami anemia parah. Produk sel darah yang disebut platelets pun terganggu oleh myelofibrosis, yang menyebabkan meningkatnya risiko pendarahan.
Gejala: Lemah, mudah pusing, namun banyak penderita myelofibrosis yang tidak merasakan gejala apa pun.
3. Rheumatoid Arthritis
Ini adalah masalah peradangan kronis pada sendi, namun juga bisa menyerang bagian tubuh lain, seperti kulit, mata, paru, jantung, dan pembuluh darah. Penyakit ini terjadi ketika sel tubuh 'salah serang' ke sistem imun tubuh. Peradangan akibat penyakit ini jauh lebih nyeri dibanding osteoarthritis yang banyak diderita orang.
Gejala: Sendi bengkak, hangat, dan lembut. Sendi kaku dan sering semakin parah di pagi hari. Pusing, demam, dan kehilangan nafsu makan.
4. Tuberkulosis (TB)
Infeksi paru ini sangat menular dan bisa terjadi pada segala usia. Mungkin belum banyak yang tahu kalau masalah kesehatan yang satu ini juga bisa menyebabkan peningkatan leukosit pada tubuh. Lonjakan angka leukosit terjadi karena tubuh sedang berusaha melawan infeksi.
Gejala: Batuk selama 3 minggu atau lebih, batuk berdarah, nyeri dada, penurunan berat badan, demam, berkeringat di malam hari, hilang nafsu makan.
5. Reaksi Alergi
Seperti yang sudah disebutkan di atas, salah satu jenis leukosit (eosinophils dan basophils) berperan untuk merespons alergi. Jadi ketika tubuh menunjukkan reaksi alergi, maka produksi leukosit pun meningkat.
Gejala: Reaksi alergi bisa menyerang sistem pernapasan, kulit, pencernaan, dan penglihatan. Tergantung jenis alergi yang diderita. (Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)