Pandemi corona telah berlangsung cukup lama. Sampai kapan akan berakhir, masih belum jelas. Perkembangannya hingga kini juga membuat semua orang mewaspadai ancaman virus ini. Ya, gejala yang ditunjukkan dari infeksi virus ini ternyata bisa berbeda-beda.
Baru-baru ini, para dokter kembali menemukan gejala lain dari pasien yang positif terinfeksi virus corona. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa sejumlah pasien terlihat baik-baik saja, namun mereka memiliki kadar oksigen yang rendah, yang bisa menyebabkan seseorang menjadi tidak sadarkan diri dan bahkan mengalami kematian.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan happy hypoxia atau beberapa orang menyebutnya dengan istilah silent hypoxia. Happy hypoxia adalah gejala baru yang dialami oleh pasien positif terinfeksi virus corona. Kondisi tersebut akan membuat penderita memiliki kadar oksigen yang cukup rendah sehingga dapat menyebabkan ketidaksadaran hingga kematian.
Saat pasien corona terkena happy hypoxia, tingkat konsentrasi oksigen pada tubuhnya mengalami penurunan di bawah 60 persen. Ketika hal itu terjadi, pasien tersebut tidak akan merasakan gejala apa pun. Karena itu, kondisi ini seringkali tidak terdeteksi oleh dokter.
Dilansir dari The Guardian, seseorang yang berada dalam kondisi sehat biasanya memiliki saturasi oksigen paling sedikit 90 persen. Namun, untuk pasien berusia 70 hingga 80 tahun yang dibawa ke unit gawat darurat dilaporkan oleh dokter memiliki kadar oksigen yang sangat rendah, bahkan pada beberapa kasus kritis, kadar oksigennya di bawah 50 persen.
Tanda-tanda Happy Hypoxia
Kondisi happy hypoxia cukup berbahaya karena tidak memiliki gejala dan tiba-tiba saja pasien tersebut mendadak pingsan atau terjatuh. Kondisi ini juga bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Namun, walau kondisi ini tidak terdeteksi, ada sejumlah tanda seorang pasien terkena happy hypoxia, antara lain:
⢠Batuk,
⢠Kebingungan,
⢠Pernapasan cepat,
⢠Sesak napas,
⢠Berkeringat,
⢠Perubahan warna pada kulit,
⢠Detak jantung luar biasa cepat atau lambat.
Gejala Tidak Biasa
Kondisi happy hypoxia tersebut kembali memunculkan pertanyaan tentang bagaimana virus corona bisa menyerang paru-paru dan apakah ada cara yang lebih efektif untuk merawat pasien positif terinfeksi virus corona.
"Kami melihat saturasi oksigen yang sangat rendah dan mereka tidak menyadarinya. Kita biasanya tidak melihat fenomena ini dalam influenza atau pneumonia yang dialami masyarakat," kata dr. Jonathan Bannard Smith, konsultan perawatan kritis dan anestesi di Manchester Royal Infimary.
Ahli anestesi di Rumah Sakit Wythenshawe, Manchester, Inggris, dr. Mike Charlesworth, mengatakan bahwa pada kondisi paru-paru lainnya dapat menyebabkan hipoksia parah, pasien bahkan biasanya akan tampak sangat sakit.
Charlesworth sendiri sebelumnya pernah mengalami hipoksia ketika ia terinfeksi virus corona pada Maret lalu. Ia merasa tidak enak badan disertai batuk dan demam, serta menghabiskan waktu 48 jam di tempat tidur. Pada saat itulah tanda-tanda hipoksia muncul. (M&B/SW/Dok. Freepik)