Bermain adalah dunia anak-anak. Bermain tidak hanya menyenangkan, tapi juga memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak dan berperan penting dalam perkembangan kognitif, fisik, sosial, dan emosionalnya. Lewat bermain, anak belajar banyak hal.
Namun, di masa kini, ketika orang tua menganggap masa depan dan pendidikan anak sebagai sesuatu yang sangat penting diraih sehingga mereka menginginkan anak untuk selalu belajar dan mengurangi waktu bermain, kita pun jadi makin jarang melihat anak-anak bermain dengan bebas.
Baca juga: 5 Dampak Pola Asuh Otoriter bagi Perkembangan Anak
Bisa dibilang bahwa waktu bermain bagi anak telah berkurang drastis dibandingkan dengan beberapa tahun silam. "Di tahun 1950-an, anak-anak bebas bermain. Jika anak-anak hanya tinggal di rumah, sang ibu akan mengatakan 'pergilah keluar dan bermain', karena tempat alami untuk anak-anak adalah di luar dan bermain," kata Peter Gray, profesor penelitian psikologi di Boston College seperti dikutip dari Healthday.
Yang perlu Anda ketahui juga, ternyata kurang bermain bisa memberikan dampak serius pada kesehatan mental anak lho, Moms! Dikutip dari Bright Side, berikut ini sejumlah pengaruh buruk kurang bermain pada anak.
1. Kurang bermain memperlambat perkembangan anak
Setiap permainan memiliki ciri khasnya masing-masing. Gaya permainan yang berbeda akan mengembangkan tipe kepribadian yang unik. Makin banyak anak-anak bermain, makin berkembanglah kepribadian mereka, dan mereka bisa sekaligus belajar mengembangkan kompetensi dasar untuk menjadi dewasa.
Namun, jika waktu bermain dibatasi atau orang dewasa ikut menentukan aktivitas anak-anak, hal tersebut bisa mengorbankan kesehatan mental mereka, karena anak-anak tidak bisa mengembangkan kompetensi dasar mereka secara optimal.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak saat ini lebih mungkin mengalami kecemasan, depresi, perasaan tidak berdaya, dan narsisisme. Semuanya ada kaitannya dengan menurunnya aktivitas bermain anak dan meningkatnya pantauan atau pengaturan kegiatan anak oleh orang tuanya.
2. Kurang bermain menyebabkan kurangnya kontrol emosi anak
Saat bermain, anak-anak akan belajar mengenai emosi dan cara mengendalikan emosi tersebut, saat bahagia, marah, senang karena menang, atau takut kalah. Dan yang terpenting, anak-anak juga belajar bagaimana menghadapi kegagalan dan kekalahan saat melakukan sebuah permainan.
Namun, jika makin sedikit waktu yang mereka gunakan untuk bermain, maka makin sedikit juga kesempatan mereka belajar mengenai emosi dan cara mengendalikannya. Kurangnya kontrol emosi bisa menyebabkan anak-anak tidak tahu bagaimana harus bertindak saat menghadapi rasa takut atau kegagalan, dan itu bisa berujung pada munculnya depresi pada diri mereka.
3. Kurang bermain mengurangi kemampuan anak membuat keputusan
Ketika anak-anak bermain, mereka akan membuat permainan mereka sendiri, menyepakati aturannya, dan memastikan permainan berlangsung dengan adil. Semua itu membantu anak belajar bagaimana membuat keputusan.
Ya, saat bermain, anak-anak akan memutuskan sendiri bagaimana mereka memainkan permainan tersebut. Hal ini membuat mereka belajar memiliki rasa percaya diri untuk mulai membuat keputusan dan bagaimana mencari solusi jika ada masalah yang muncul. Makin sedikit anak-anak bermain, makin sedikit pula mereka belajar tentang bagaimana membuat keputusan dan mencari solusi.
4. Kurang bermain membuat anak makin mudah dipengaruhi orang lain
Seperti telah disebutkan, saat bermain, anak-anak akan membuat keputusan mereka sendiri, mengeksplorasi dunia mereka tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Dengan kurang bermain, anak-anak tidak bisa belajar membuat keputusan mereka sendiri dan akan makin mudah dipengaruhi oleh orang lain sehingga mereka makin mudah dimanipulasi. Akibatnya, anak-anak akan sulit menjadi pribadi yang independen dan mudah sekali terpengaruh oleh orang lain.
Karena itu, berikan anak waktu yang cukup untuk bermain guna memberikan dampak positif untuk tumbuh kembangnya ya, Moms. Anda mesti ingat bahwa masa kanak-kanak hanya sekali dan jangan biarkan Si Kecil melewatkannya begitu saja. (M&B/SW/Foto: Freepik)