Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

5 Dampak Pola Asuh Otoriter bagi Perkembangan Anak

5 Dampak Pola Asuh Otoriter bagi Perkembangan Anak

Beda keluarga, tentu beda pula pola asuhnya. Memilih pola asuh yang tepat buat anak memang bukan perkara yang mudah ya, Moms. Ada orang tua yang lebih nyaman menerapkan pola asuh permisif, tapi ada juga yang memilih pola asuh otoriter.

"Pola asuh otoriter adalah yang paling ketat dan keras. Pola asuh ini memaksa anak untuk patuh dan bersikap baik setiap saat dengan memberikan ancaman, dipermalukan, dan hukuman lainnya. Pola asuh ini juga dihubungkan dengan pendekatan orang tua yang tidak hangat dan responsif," tulis Gwen Dewar, Ph.D, pendidik anak dan penulis di Parenting Science.

Baca juga: Screamfree Parenting, Pola Asuh agar Orang Tua Bisa Kendalikan Emosinya

Apa sih, dampak pola asuh otoriter ini bagi perkembangan anak? Ketahui ciri orang tua otoriter dan dampak negatifnya bagi Si Kecil ya, Moms!

Ciri-ciri orang tua otoriter

Umumnya, orang tua otoriter yakin bahwa anak yang disiplin dan bersikap baik hanya bisa dibentuk dengan membiasakan aturan-aturan yang ketat. Anak tidak perlu mempertanyakan peraturan yang dibuat oleh orang tuanya, mereka hanya perlu mengikutinya jika tidak mau dihukum. Apakah pola asuh Anda termasuk otoriter? Kenali ciri-ciri orang tua otoriter berikut ini:

  • Punya banyak aturan yang tak boleh dibantah
  • Bersikap dingin dan kasar
  • Suka menghukum anak dengan keras
  • Tidak membiarkan anak memilih atau membuat keputusan sendiri
  • Tidak sabar menghadapi anak yang melanggar aturan
  • Sangat fokus pada keselamatan anak
  • Hanya memberi peraturan, tanpa penjelasan
  • Tidak percaya pada kemampuan anak
  • Tidak mau diajak bernegosiasi
  • Suka mengancam anak ketika tidak sesuai aturan.

Dampak pola asuh otoriter pada anak

Walau anak yang dididik secara otoriter sering kali bersikap baik dan taat aturan, dampak negatifnya juga banyak, Moms. Ini beberapa di antaranya:

1. Ketergantungan aturan. Karena terbiasa menjalankan aturan, maka hidup anak jadi semacam ketergantungan pada aturan yang membuatnya sulit hidup tanpa arahan. Ketika anak dihadapkan dengan kondisi yang aturannya bebas atau tidak jelas, ia merasa tidak aman dan tidak tahu pasti akan berbuat apa.

2. Kurang percaya diri. Pola asuh otoriter membuat anak tidak terbiasa mengambil keputusan, karena semua keputusan dan pilihan sudah ditetapkan oleh orang tuanya. Dampaknya, anak jadi tidak percaya diri, terutama dalam membawa diri di lingkungan baru atau di kondisi sosial lainnya.

3. Suka memberontak. Anak-anak dari orang tua yang otoriter akan tumbuh lelah dan muak dengan aturan yang ketat dan tanpa henti. Akibatnya, mereka akan coba-coba mencari tahu batasan orang tua mereka dengan melakukan aksi yang mungkin membahayakan diri mereka sendiri.

4. Pelaku bullying. Children see, children do! Sikap Anda adalah contoh bagi anak. Maka, jika anak sering melihat hukuman adalah hal yang normal terjadi, bukan tidak mungkin ia akan menjadi pelaku bullying di sekolah.

5. Sulit berekspresi. Terbiasa tunduk pada peraturan dan hukuman akan membuat anak sulit berekspresi. Ia bahkan cenderung tumbuh menjadi anak yang pemalu dan tidak percaya diri untuk berteman. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)