Moms mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah ADHD. Ya, ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder merupakan gangguan mental yang menyebabkan seorang anak kesulitan untuk memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, sehingga dapat berdampak pada prestasi sekaligus kehidupannya sehari-hari.
Hingga saat ini memang belum diketahui secara pasti penyebab utama ADHD. Akan tetapi para ahli menduga, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurut American Psychiatric Association, ADHD pada anak dibedakan menjadi 3 tipe. Berikut penjelasannya.
1. ADHD Inattentive and Distractible Type
ADHD tipe ini didominasi dengan ketidakmampuan anak dalam memberikan perhatian atau mudah terganggu konsentrasinya. Ciri ADHD tipe ini adalah:
⢠Sering gagal dalam memberikan perhatian penuh terhadap hal-hal kecil atau membuat kecerobohan dalam beraktivitas.
⢠Memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian ketika menjalankan tugas tertentu.
⢠Sering tidak mengikuti perintah dengan lengkap dan gagal dalam mengerjakan tugas.
⢠Memiliki masalah dalam mengatur jadwal kegiatan.
⢠Sering menghindari atau tidak menyukai tugas yang memerlukan usaha mental yang cukup lama, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah.
⢠Sering kehilangan barang-barang.
⢠Mudah terpecah konsentrasinya.
⢠Pelupa dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
2. ADHD Impulsive/Hyperactive Type
ADHD dengan dominan hiperaktivitas dan impulsivitas memiliki ciri-ciri:
⢠Sering membuat gerakan-gerakan kecil, seperti menepuk-nepukkan tangan atau kaki. Bisa juga anak selalu terlihat gelisah ketika duduk.
⢠Sering meninggalkan tempat duduk dalam situasi yang mengharuskannya duduk.
⢠Sering berlari atau memanjat pada situasi yang tidak seharusnya.
⢠Sering tidak dapat bermain atau melakukan hobi dengan tenang.
⢠Sering banyak bergerak, seolah dikendalikan dinamo.
⢠Sering banyak berbicara.
⢠Sering menjawab sebelum selesai diberikan pertanyaan.
⢠Sering bermasalah dalam menunggu giliran.
3. ADHD Combined Type
Seperti namanya, ADHD tipe ini merupakan kombinasi dari dua jenis ADHD yang lain. Namun perlu diketahui, untuk mendiagnosis anak mengalami ADHD maka orang tua harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini.
⢠Gejala sudah harus ada sebelum anak berusia 12 tahun.
⢠Muncul dalam dua atau lebih situasi, misalnya di rumah, sekolah, atau pergaulan sehari-hari.
⢠Terdapat bukti yang jelas bahwa gejala tersebut memengaruhi fungsi hidup sehari-hari.
Memang tidak mudah untuk menilai seorang anak mengalami ADHD atau tidak. Moms dan Dads tentunya memerlukan bantuan dokter atau ahli guna mendiagnosis kondisi Si Kecil. Sangat disarankan bagi orang tua untuk segera berkonsultasi ketika melihat adanya kejanggalan dalam perilaku anak sehari-hari.
Menghadapi anak dengan ADHD membutuhkan usaha ekstra dari orang tua dan orang-orang terdekat. Akan tetapi dengan terapi dan penanganan yang tepat, gejala ADHD pada anak bisa diminimalisasi sehingga kehidupannya tidak banyak terganggu. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)