Ada banyak mitos maupun perdebatan seputar dunia kehamilan dan persalinan. Salah satu yang mungkin Moms pernah dengar adalah larangan bagi ibu dengan mata minus untuk melakukan persalinan normal atau normal vaginal delivery (NVD).
Hal ini tentu menjadi perhatian tersendiri, terutama buat Anda yang sedang hamil, bersiap melahirkan, dan memiliki kondisi mata minus. Lalu apakah hal ini benar? Bahayakah ibu dengan mata minus untuk melahirkan secara normal atau NVD? Simak penjelasannya berikut ini, Moms!
Baca juga: Waspadai Mata Minus pada Anak, Ini Penyebab dan Cara mengatasinya
Penelitian tentang persalinan pada wanita dengan mata minus
Sejak lama dokter kandungan, bidan, serta dokter spesialis mata dan penglihatan memiliki kekhawatiran yang sama seputar mata minus atau miopi (terutama minus yang besar) dan metode persalinan yang tepat. Persalinan normal yang spontan oleh wanita dengan minus matatinggi ditakutkan dapat menyebabkan terjadinya ablasio retina dan berujung pada kebutaan.
Sebenarnya hingga kini belum ditemukan penelitian medis yang membuktikan bahwa persalinan normal tak bisa dilakukan oleh wanita dengan mata minus. Tidak ada cukup bukti ilmiah yang bisa membuktikan kebenaran tentang kekhawatiran ini. Sebaliknya, beberapa penelitian menemukan bahwa persalinan normal tetap bisa direkomendasikan buat ibu hamil yang memiliki mata minus.
Sebuah penelitian di Jerman menyatakan bahwa peningkatan intraokular selama tahapan kedua persalinan menyebabkan badan kaca pada mata (vitreous body) ditekan terhadap retina. Hal ini bisa mengurangi risiko retina robek (retina tear) maupun lepas dari jaringan penopangnya (retinal detachment).
Sebuah literatur yang dimuat di jurnal Deutsches Arzteblatt International menyebutkan bahwa persalinan normal melalui vagina tidak berkaitan dengan ablasio retina (retina detachment) pada wanita yang memiliki miopi atau minus mata tinggi.
Selain itu, menurut sebuah survei yang dimuat diJournal of Current Ophthalmology, 73% dokter spesialis mata di Iran menyetujui dilakukannya persalinan normal pada ibu hamil yang memiliki kondisi miopi tinggi, sedangkan 100% dokter kandungan setuju bahwa rekomendasi dokter spesialis mata dibutuhkan untuk menentukan metode persalinan. Tidak ada dokter spesialis mata partisipan survei ini yang merekomendasi aborsi akibat miopi yang tinggi.
Risiko retina robek
Meskipun demikian, kondisi mata saat hamil bisa mengalami perubahan dan tak sedikit yang baru mendapatkan gejala miopi saat trimester akhir kehamilan. Melansir Kompas, dr. Iwan Soebijantoro, Sp.M(K), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki minus mata yang tinggi berisiko besar mengalami perobekan pada retina mata. "Banyak ditemui dalam klinis, ternyata (pada) retinanya sudah ada robekan kecil atau rengat (retak bergaris) pada orang dengan minus mata tinggi," kata dr. Iwan.
Selain itu, kondisi mata setiap orang sangatlah berbeda. Risiko retina robek atau lepas bisa berbeda-beda buat setiap orang. Terdapat pula banyak faktor lainnya, seperti kondisi diabetes atau tekanan darah tinggi yang sangat memengaruhi penentuan metode persalinan yang tepat, sekalipun bagi ibu hamil yang memiliki miopi tinggi.
Karena itu, memeriksakan kondisi mata secara rutin selama masa kehamilan sangat dianjurkan buat Anda yang memiliki minus mata tinggi. Tindakan ini diperlukan untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan. Moms bisa kontrol ke dokter spesialis mata setiap 3 bulan sekali sebagai tindakan waspada yang tepat. Jangan lupa konsultasikan hasil kontrol mata Anda dengan dokter kandungan ya, Moms! (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)