FAMILY & LIFESTYLE

Hati-hati! Saat Pandemi Bisa Kena Sindrom Patah Hati



Masa pandemi akibat COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini memang menimbulkan banyak hal tak terduga. Situasi ini pun meningkatkan tekanan emosional yang bisa Moms dan anggota keluarga lain alami hingga menurunkan kondisi kesehatan.

Salah satunya adalah munculnya sindrom patah hati dengan jumlah penderita yang bertambah setiap harinya. Sindrom ini juga dikenal dengan istilah medis kardiomiopati stres atau kardiomiopati Takotsubo. Dari namanya, kondisi ini sangat berkaitan dengan dampak buruk pada kesehatan jantung.

Gejala Sindrom Patah Hati

Sindrom patah hati akan melemahkan bagian kiri ventrikel jantung, serta organ pemompa darah di jantung. Hal tersebut disebabkan oleh jantung yang mengalami 'serangan mendadak' akibat adanya emosi yang kuat dan muncul secara tiba-tiba. Stres secara fisik maupun emosional ini terjadi karena dipicu oleh kehilangan atau kematian orang tersayang, kecelakaan serius, ataupun bencana alam.

Tanpa sengaja, pandemi akibat COVID-19 ini pun memicu terjadinya sindrom patah hati. Situasi tersebut misalnya saat seseorang harus kehilangan pekerjaan, penghasilan menurun jauh atau tidak ada sama sekali, hingga kehilangan anggota keluarga saat pandemi.

Data yang didapatkan dari jurnal bertajuk Incidence of Stress Cardiomyopathy During the Coronavirus Disease 2019 Pandemicdari situsJAMA Network Open menunjukkan bahwa sepanjang Maret hingga April 2020, kasus sindrom patah hati di Cleveland Clinic dan Cleveland Clinic Akron General, Amerika Serikat, mengalami peningkatan di masa pandemi ini.

Lonjakan penderita yang sebelumnya hanya 1,7 persen menjadi 7,8 persen dalam waktu singkat ini tentu mengejutkan. Bahkan di dua klinik tersebut, pasien dengan sindrom ini memerlukan perawatan lebih instens dibanding sebelum pandemi terjadi.

Melansir dari Tirto.id, Moms perlu mengetahui gejala yang muncul dari kondisi kardiomiopati stres ini agar menjadi lebih waspada, di antaranya:

• Tubuh berkeringat yang disertai rasa mual

• Terasa nyeri di dada dan sesak napas usai stres berat, baik itu stres emosi atau tekanan fisik

• Kelainan elektrokardiogram yang menyerupai serangan jantung

• Tidak ada bukti obstruksi arteri koroner jantung

• Gerakan kelainan pada ventrikel kiri jantung

• Pembengkakan di ventrikel kiri jantung.

Sindrom Bisa Diatasi, Kok


Sebelum mendiagnosis diri sendiri, akan lebih baik jika Anda mencoba untuk mencegah mengalami sindrom patah hati. Para peneliti menyebutkan bahwa cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan merawat diri sendiri, terutama bagi Anda yang rentan menderita stres berat.

"Berolahraga, meditasi, dan terhubung dengan keluarga dan teman sangat penting untuk membantu meredakan kecemasan. Tapi, tetap dengan melakukan protokol kesehatan dan physical distancing tentunya," tambah Grant Reed, seorang ahli jantung dari Cleveland Clinic.

Anda bisa mulai belajar untuk mengelola kesehatan mental lebih dalam, untuk menjaga kesehatan jantung dan diikuti oleh bagian tubuh lainnya. Meskipun berat menjalankan kehidupan saat ini, semoga Moms dan Dads tetap bersabar dan semangat untuk melakukan semua hal, demi Anda sendiri dan juga anggota keluarga, ya. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)