Para ahli autisme dari Amerika Serikat mengumumkan terobosan baru dalam penelitian tentang autisme. Untuk pertama kalinya, para ilmuwan tersebut akhirnya mengungkapkan bahwa saat ini mereka bisa memetakan jaringan genetika yang dapat menyebabkan autisme serta mampu mengindentifikasi tanda-tanda genetis yang bermasalah melalui tes darah yang dilakukan pada bayi.
Studi terbaru ini dipresentasikan oleh Dr. Eric Courchesne, seorang ahli terkemuka dari Neurobiological Aspects of Autism di Universitas California. Ia mengatakan, penemuan ini memiliki implikasi yang signifikan untuk mendeteksi dini serta mengobati autisme. Tes darah ini pun dapat dilakukan ketika jaringan genetika di dalam otak sedang dalam masa perkembangan.
Autisme merupakan gangguan perkembangan pada seseorang yang ditandai dengan kesulitan melakukan interaksi sosial, berkomunikasi, keterbatasan, dan melakukan sesuatu secara berulang-ulang, serta masalah proses sensoris. Dilansir melalui M&B Australia, sebanyak 1 dari 100 anak mengalami autisme dengan tingkat keparahan yang berbeda di Australia. Dilaporkan, masalah ini 5 kali lebih banyak dialami oleh anak laki-laki.
Sampai saat ini, para ahli mengaku kesulitan untuk menetapkan dan melakukan diagnosis dini. Bahkan, tidak jarang pengobatan baru dijalankan ketika anak sudah berusia 3-5 tahun atau lebih. Mereka sepakat, semakin cepat masalah ini dideteksi dan anak mendapatkan pengobatan, maka akan semakin baik untuk kehidupan mereka nantinya.
Profesor Courchesne melaporkan, metode ini memiliki akurasi yang tinggi untuk mendeteksi autisme pada anak sejak ia masih bayi. “Tes darah ini dapat mengidentifikasi sekitar 80-85 persen bayi dan anak yang berisiko autisme. Sebelumnya, autisme baru bisa didiagnosis saat anak sudah berusia 4 tahun dan itu sangat terlambat, seharusnya dilakukan dari awal kehidupannya,“ tuturnya. (Sagar/Dok. M&B)