Moms, apakah Anda pernah mendengar istilah kekerasan finansial dalam rumah tangga? Istilah ini mungkin tidak sepopuler jenis kekerasan lainnya dalam rumah tangga, seperti kekerasan fisik dalam rumah tangga. Ya, ternyata kekerasan tidak selalu berupa fisik, tetapi juga mencakup urusan finansial atau dalam bentuk keuangan.
Umumnya, kekerasan finansial ini juga dibarengi dengan kekerasan fisik, meskipun dalam beberapa kasus, kekerasan finansial ini bisa saja dialami tanpa adanya kekerasan fisik. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kekerasan finansial dalam rumah tangga. Simak ulasannya di bawah ini ya, Moms!
Apa Itu Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga?
Dilansir dari laman The Organization Purple Purse, disebutkanbahwa kekerasan finansial sama seperti jenis kekerasan pada umumnya. Kekerasan finansial adalah pola perilaku kasar yang digunakan untuk mengendalikan dan mengintimidasi pasangan dalam hal keuangan. Kekerasan finansial ini biasanya berhubungan dengan cara pelaku mencegah korban memperoleh, menggunakan, atau menyimpan sumber keuangan.
Ciri Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga
Kekerasan finansial terjadi ketika salah satu pihak memanfaatkan uang untuk memanipulasi pasangannya. Kekerasan finansial tercantum di dalam UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Pasal 5 huruf d dalam UU tersebut secara tegas memasukkan kekerasan finansial sebagai salah satu jenis KDRT, yaitu lewat klausul penelantaran rumah tangga. Berikut ciri-cirinya, Moms.
1 . Kontrol Berlebihan terhadap Akses Keuangan
Jika ada di antara Moms dan Dads mendominasi kontrol pengeluaran dengan mencegah pembelian kebutuhan, meminta tanda terima atas uang yang dibelanjakan, memberi uang saku dengan maksud membatasi pembelanjaan uang, maka menurut Office on Women's Health, hal ini merupakan tanda kekerasan finansial dalam rumah tangga. Sebagai pasangan suami istri, Anda dan suami disarankan untuk dapat memiliki akses informasi keuangan dan bersama-sama memutuskan bagaimana cara membelanjakan uang.
2. Mengakses Rekening Pribadi dengan Memaksa
Memang tidak ada salahnya jika Moms dan Dads saling membagi PIN atau kode rahasia rekening pribadi. Itu bukan masalah jika dilakukan secara sukarela. Akan tetapi, kondisinya berbeda jika PIN atau kode rahasia rekening pribadi diminta secara paksa. Jika kondisinya seperti demikian, ini sudah termasuk ke dalam kategori kekerasan finansial karena ada satu pihak yang merasa dipaksa atau dirugikan.
3. Menghabiskan Uang tanpa Diketahui Pasangan
Ciri-ciri adanya kekerasan finansial dalam rumah tangga lainnya adalah menghabiskan uang tanpa sepengetahuan pasangan, apalagi jika uang tersebut dihasilkan secara bersama-sama. Akibatnya, salah satu pihak tidak dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli kebutuhan sehingga sangat berpotensi menimbulkan perdebatan.
Kekerasan finansial dalam rumah tangga ini dapat dihindari dengan adanya keterbukaan finansial, baik Anda maupun suami secara terbuka mendiskusikan kebutuhan dalam rumah tangga sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau perdebatan.
4. Menjual Aset Bersama tanpa Izin
Ciri ini adalah bentuk kekerasan finansial yang sudah terbilang cukup parah. Tak hanya menggunakan atau menghabiskan uang tanpa sepengetahuan psangan, tetapi juga menjual aset bersama tanpa berdiskusi terlebih dahulu.
Aset bersama yang dimaksud dalam hal ini bisa berupa rumah, tanah, atau benda berharga lainnya. Ingatlah bahwa barang bersama, tentu harus ada diskusi terlebih dahulu sebelum menjualnya dan harus ada kesepakatan bersama di antara kedua belah pihak. (Fariza Rahmadinna/SW/Dok. Wayhomestudio/Freepik)