FAMILY & LIFESTYLE

Perhatikan Nutrisi Anak Autis



Sejak awal abad ke-20, jumlah anak autis meningkat cukup signifikan, yaitu mencapai 15-10 orang per 10.000 kelahiran. Bahkan, seperti dilansir situs Web MD, jumlah anak yang didiagnosis autisme lebih banyak dibandingkan dengan anak yang didiagnosis diabetes, kanker, atau HIV/AIDS.

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Gejala awal biasanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun dengan menunjukkan keterlambatan atau kesulitan dalam bersosialisasi, berbicara, dan bermain imajinasi. Selain itu, anak autis juga berisiko memiliki banyak masalah gizi lain, seperti kekurangan gizi, alergi makanan, intoleransi makanan, dan masalah makan.

Beberapa sumber mengatakan, pola makan atau diet dapat berdampak terhadap anak autis atau gangguan spektrum autisme lainnya. Disebutkan, menjaga keseimbangan nutrisi dapat memperbaiki perilaku, mendorong anak-anak untuk menjadi lebih komunikatif, ataupun meringankan gangguan pencernaan yang sering dialami anak autis.

Beberapa anak pengidap autisme dilaporkan sempat menjalani diet khusus. Mereka mengurangi protein tertentu yang bisa meringankan gejala, yaitu gluten-- protein dalam gandum, dan kasein-- protein dalam susu.

Makanan yang harus dihindari oleh anak autis sebetulnya sama dengan anak lainnya, seperti makanan dengan pewarna, pengawet, dan penyedap rasa, makanan kemasan, makanan siap saji, kaldu instan, minuman soda, mi instan, sirup, semua produk yang mengandung susu sapi dan terigu, permen, gula, jelly, serta daging atau ayam olahan yang cenderung menggunakan bahan kimia, hormon, juga antibiotik. Sementara, makanan yang disarankan adalah makanan segar, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, cokelat, ikan segar, telur, dan ayam kampung. Selain itu, untuk pengganti terigu, gunakanlah tepung beras, tepung kanji, tepung tapioka, kentang, beras ketan, singkong, beras merah, dan ubi. Untuk pengganti susu sapi, gunakan susu kedelai, susu dari beras, susu almond, dan es krim dari jus buah segar buatan sendiri. Untuk pengganti gula, gunakan madu murni secukupnya. (DC/Aulia/DMO/Dok. M&B)

Temukan informasi lebih lengkap tentang penanganan autisme di majalah Mother&Baby Indonesia edisi April 2014.