Seperti halnya demam berdarah, malaria juga termasuk penyakit yang diperantarai oleh nyamuk dan dapat mengancam jiwa. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi jenis parasit Plasmodium sp. yang kemudian dibawa oleh vektornya, yaitu nyamuk Anopheles. Berdasarkan data WHO (2013), lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia terinfeksi malaria. Penyakit ini menewaskan lebih dari 650 ribu orang setiap tahunnya, dan hampir semua kasusnya dijumpai di kawasan Sahara Afrika. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti dari University of Neuchâtel, Swiss, pun bekerja keras untuk membuat obat nyamuk yang sangat efektif dan aman bagi lingkungan.
Studi ini didasari oleh perilaku nyamuk dengan mengganggu ketertarikan mereka terhadap manusia. Secara natural, nyamuk mendeteksi keberadaan manusia melalui molekul yang menguap dari kulit, napas, atau temperatur tubuh. Para peneliti lalu memeriksa apakah ada bahan alam yang bisa digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk dan menemukan bahwa sebuah campuran khusus minyak esensial dapat menolak nyamuk malaria layaknya kimia beracun, yaitu deet.
“Deet terkenal sebagai penolak nyamuk, tetapi memiliki dampak-dampak neurologis. Bahan kimia ini disebutkan bisa berefek terhadap sinapsis saraf. Sementara produk natural kami tidak memiliki karakteristik seperti itu,” jelas Patrick Guerin selaku ketua penelitian ini, seperti dikutip dari Euronews.
Mereka menganalisis 80 ekstrak tanaman dan mengembangkan obat nyamuk yang aman baik bagi manusia maupun lingkungan. Mereka meyakini penemuan ini hanyalah sebuah awal untuk melakukan terobosan baru di dunia kesehatan. Diharapkan di masa depan, minyak esensial yang berasal dari ekstrak alami akan berperan penting untuk mengurangi jumlah korban penyakit akibat gigitan serangga. (Sagar/DMO/Dok. M&B)