Moms, coba deh, perhatikan gerak-gerik Si Kecil? Apakah ia terlihat sulit bergerak karena tubuhnya terlalu gemuk? Atau apakah buah hati Anda terlihat sulit bernapas ketika ia melakukan aktivitas fisik yang sedikit lebih intens daripada biasanya?
Jika ya, bisa jadi Si Kecil mengalami kelebihan berat badan atau bahkan menderita obesitas. Anak obesitas seakan menjadi fenomena yang lazim di era digital ini. Kebiasaan menggunakan gadget dan games konsol di rumah, membuat Si Kecil kekurangan minat untuk melakukan aktivitas fisik di luar rumah. Tak heran jika terjadi peningkatan jumlah anak yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
Saat orang dewasa mengalami obesitas, biasanya masalah ini diatasi dengan diet ketat. Lantas bagaimana dengan anak-anak? Apakah Si Kecil juga perlu melakukan diet dan mengurangi jatah makan mereka? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Anda perlu tahu apa yang dimaksud dengan kondisi obesitas pada anak.
Termasuk malnutrisi
Menurut dr. Miza Afrizal, SpA, B. MedSci, Mkes dari RSIA Tumbuh Kembang Depok, obesitas termasuk dalam kategori malnutrisi. "Malnutrisi adalah keadaan nutrisi anak yang tidak baik, dan termasuk di dalamnya adalah obesitas, overweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Jadi bisa dibilang, kondisi terlalu gemuk sama tidak baiknya dengan kondisi terlalu kurus," ungkap dr. Miza.
"Kapan anak dikategorikan obesitas? Hal tersebut tidak bisa disimpulkan hanya dari apa yang kita lihat. Dokter biasanya mengacu pada kurva yang dikeluarkan oleh WHO. Soal obesitas, kita harus melihat kurva berat badan berdasarkan tinggi badan. Selain itu kita juga perlu mengukur BMI (Body Mass Index)," lanjutnya.
Baca juga: Moms, Waspadai Obesitas pada Bayi Anda
Efek obesitas pada anak
Kelebihan berat badan pada anak tentunya akan membawa efek negatif bagi tumbuh kembangnya. Dampak jangka pendek obesitas biasanya membuat perkembangan anak, khususnya motorik kasar, terganggu. Pada bayi yang mengalami kegemukan, biasanya ia akan mengalami kesulitan dalam proses belajar jalan atau sekadar belajar menggulingkan tubuhnya. Selain itu, anak obesitas juga berisiko mengalami gangguan kognitif atau gangguan kecerdasan. "Daya tangkap anak obesitas biasanya tidak secepat anak yang tidak obesitas" kata dr. Miza.
Adapun efek jangka panjangnya bisa berupa meningkatnya risiko Si Kecil mengalami penyakit, seperti diabetes melitus atau jantung. Jangan lupa, anak yang kegemukan juga memiliki kecenderungan diejek di sekolah atau lingkungannya. Hal semacam ini bisa mengganggu kepercayaan diri anak.
Perlukah diet?
Anak yang mengalami obesitas memang perlu mendapatkan penanganan khusus. Namun, anak dalam masa pertumbuhan sesungguhnya tidak boleh melakukan diet. Mengatasi diet pada anak sesungguhnya bisa dimulai dari aktivitas fisiknya.
"Aktivitas fisik anak perlu diperbanyak. Anak lebih sering diajak bergerak, bukan hanya sibuk dengan gadget atau screen time saja. Anak sehat adalah anak yang suka bergerak, bisa dengan cara bermain bola dengan ayahnya maupun teman-temannya atau berlari-larian," jelas dr. Miza.
Jika ingin menerapkan diet pada anak, maka yang dikurangi adalah makanan sampingannya. "Makanan utama anak tidak boleh diotak-atik, tetap harus mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan lain sebagainya. Tapi, Moms bisa mengurangi camilannya dan tidak memberikan makanan selingan berupa cokelat, es krim, atau makanan tinggi gula lainnya. Anda bisa mengganti camilan Si Kecil dengan makanan yang lebih sehat, seperti buah-buahan," tambahdr. Miza.
Itulah cara mencegah anak mengalami obesitas. Jadi, Moms, yuk cegah obesitas pada anak sejak dini! Jaga asupan makanan Si Kecil dan jangan lupa untuk mengajaknya rutin bermain serta melakukan aktivitas fisik. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)