Selama ini, tingkat tekanan darah dan kolesterol dipercaya sebagai cara paling akurat untuk menilai atau mendeteksi risiko serangan jantung dan stroke. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa kadar kalsium di arteri dapat menjadi indikator yang lebih baik untuk mengukur risiko masalah jantung dibandingkan tekanan darah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa puluhan bahkan ribuan pasien yang sebenarnya berisiko rendah terkena serangan jantung atau stroke mendapat pengobatan yang sia-sia.
Seperti dilansir dari sumber Daily Mail, studi tersebut menyebutkan bahwa seseorang yang bersih atau memiliki kadar kalsium yang lebih sedikit dalam arteri, sangat kecil risikonya untuk mengalami serangan jantung atau stroke. Studi tersebut juga menyebutkan, sekitar sepertiga dari pasien telah mendapatkan pengobatan yang sebenarnya tidak mereka perlukan.
Dalam penelitian juga ditemukan bahwa seseorang dengan kadar kalsium pada arteri yang rendah, hanya membutuhkan perubahan pada gaya hidup mereka agar lebih baik. Sebuah penelitian di AS juga mengungkapkan bahwa 1 dari 6 orang yang diyakini memiliki risiko serangan jantung dan stroke lebih rendah ternyata berisiko lebih tinggi, yang berarti mereka harus mendapatkan pengobatan.
Kadar kalsium di arteri dapat membekas dan membentuk kalsifikasi plak, yang menyebabkan pengerasan, dan dapat menyebabkan serangan jantung. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal European Heart juga menambah bukti tentang pengaruh kadar kalsium dalam memprediksi risiko serangan jantung. Dokter Michael Silverman, pemimpin studi sekaligus rekan kardiologi Brigham and Women’s Hospital di Boston, AS, mengatakan, pengujian kalsium memang lebih unggul dalam memprediksi serangan jantung dan kematian.
Melalui skrining kalsium yang menggunakan CT scan, seseorang dapat mengukur kadar kalsiumnya yang terdapat di arteri. Semakin tinggi kadar kalsium, semakin besar kemungkinan terjadinya serangan jantung dan stroke dalam 7 tahun ke depan. Sementara itu, kadar yang lebih besar membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut pada fungsi jantung dan arteri.
Studi ini menggunakan data dari hampir 7.000 peserta dalam Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA), yang diberi skor risiko sesuai dengan faktor medis terdahulu. Mereka juga melakukan skrining kadar kalsium pada arteri. "Kami menemukan bahwa 15 persen responden yang semula diyakini berisiko sangat rendah mengalami masalah jantung koroner ternyata berkadar kalsium yang tinggi pada arteri mereka, yaitu di atas 100, dan mereka relatif lebih tinggi berisiko serangan jantung selama 7 tahun ke depan. Sementara itu, 35 persen dari peserta penelitian yang semula dianggap beresiko sangat tinggi dan membutuhkan terapi agresif dengan aspirin dan statin, ternyata tidak memiliki kalsium pada arteri koroner mereka," ungkap Prof. Roger Blumenthal, Direktur Johns Hopkins Ciccarone Center.
Dokter Khurram Nasir, penulis senior dalam studi ini menambahkan, adanya studi kalsium ini sebagai penilaian baru untuk mengembangkan pengetahuan terhadap gejala-gejala penyakit jantung. (Aulia/DMO/Dok. Daily Mail)