Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang layak dan terbaik hingga ke jenjang perguruan tinggi. Tak terkecuali para orangtua dari anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Kekurangan yang dimiliki para ABK tak seharusnya mematahkan harapan orangtua untuk memperjuangkan masa depan mereka.
Menurut dr. Purboyo Solek, Sp.A (K), Konsultan Saraf Anak dari Asosiasi Disleksia Indonesia, setiap ABK memiliki potensi luar biasa yang perlu diasah dengan menggunakan metode pendidikan yang tepat. Dengan pendidikan yang tepat, orangtua dapat memaksimalkan potensi yang bisa dikembangkan oleh seorang anak ABK.
Dirjen Dikti saat ini telah menyelenggarakan sebuah Program Studi DIII Manajemen Pemasaran untuk masyarakat berkebutuhan khusus di sebuah perguruan tinggi negeri, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Program tersebut memberikan pendidikan kejuruan yang akan melatih, mendidik, dan membekali mahasiswa ABK untuk menguasai bidang sesuai kemampuan dan minat mereka. Dalam program studi ini, mahasiswa ABK akan melaksanakan program edukasi secara individu berdasarkan kurikulum yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Program sepanjang 6 semester ini terdiri dari 116 SKS dan menawarkan 4 konsentrasi utama, yaitu desain grafis, kerajinan tangan, seni, serta aplikasi komputer.
Dewi Akbar SE, MM, Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran untuk Warga Negara Berkebutuhan Khusus PNJ (MP-WNBK-PNJ), mengatakan program ini diharapkan dapat membentuk kemandirian para mahasiswa ABK dengan perilaku yang dapat diterima masyarakat. Program ini juga diharapkan dapat membentuk kepercayaan diri mereka dengan menggabungkan potensi yang dimiliki untuk berkarya di masyarakat.
“Nantinya, para mahasiswa ABK diharapkan dapat memiliki keterampilan menjual produk atau jasa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, baik untuk perusahaan atau untuk usahanya sendiri. Artinya, mereka menjadi produktif dan siap memasuki dunia kerja dengan baik,” tutup Dewi. (Aulia/DC/dok.freedigitalphotos)