Ketika suhu tubuh bayi Anda tinggi atau demam, Moms pasti langsung panik karena demam bisa mengindikasikan adanya infeksi atau masalah kesehatan lainnya. Lalu bagaimana jika suhu tubuh anak terlalu rendah? Wah, ini juga bisa mengindikasikan masalah kesehatan lho, Moms.
Suhu tubuh di bawah normal juga harus diwaspadai, karena dampaknya bisa sama berbahayanya dengan anak yang mengalami suhu tubuh tinggi alias demam. Yuk, ketahui apa saja penyebab suhu tubuh bayi rendah atau hipotermia.
Berapa Derajat yang Disebut Rendah?
Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), suhu tubuh normal seorang anak adalah 36,5-37,5 derajat Celsius. Sedangkan pada bayi dengan hipotermia atau memiliki suhu tubuh rendah, maka suhu tubuhnya berada di bawah angka normal. IDAI menyebutkan hipotermia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
⢠Stres dingin: 35,5-36,4 derajat Celsius
⢠Hipotermia sedang: 32-35,4 derajat Celsius
⢠Hipotermia berat: Kurang dari 32 derajat Celsius
"Bila tubuh dan ekstremitas hangat maka interpretasinya adalah normal. Bila tubuh teraba hangat tapi ekstremitas teraba dingin, maka berarti bayi mengalami stres dingin. Sedangkan bila tubuh dan ekstremitas teraba dingin, berarti bayi mengalami hipotermia. Pada perabaan tidak dapat ditentukan gradasi hipotermia," tulis dr. Setya Wandita, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan neonatologi, pada laman IDAI.
Penyebab Hipotermia pada Bayi
Hipotermia atau suhu tubuh bayi rendah adalah masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Penyebabnya banyak, mulai dari suhu ruangan sampai penyakit yang berbahaya. IDAI juga menyebutkan bahwa hipotermia adalah hal yang berbahaya dan perlu ditangani dengan tepat dan cepat. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui penyebab-penyebab hipotermia pada bayi, khususnya bayi baru lahir. Waspada penyebab hipotermia, Moms!
1. Suhu Ruangan Rendah
Pada kasus stres dingin, dr. Setya menyebutkan kalau penyebabnya bisa jadi popok yang basah, suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, tubuh bayi basah, atau setelah mandi tidak segera dikeringkan. Jika ini terjadi pada bayi Anda, segera hangatkan tubuh bayi dengan melakukan kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi sambil disusui. Kemudian ukur ulang suhu Si Kecil setiap jam hingga suhu tubuhnya normal. "Bila suhunya tetap tidak naik atau malah turun maka segera bawa ke dokter," saran dr. Setya.
2. Lahir Prematur
Mengutip Healthline, bayi yang lahir prematur atau kurang dari kehamilan 28 minggu, memiliki risiko tertinggi mengalami hipotermia. Begitu juga jika Si Kecil yang lahir dengan kondisi berat badan lahir rendah atau kurang dari 1,5 kilogram, maka risiko hipotermia juga lebih tinggi.
Bayi lahir prematur dan BBLR bisa mengalami hipotermia saat baru dilahirkan. Ini disebabkan oleh sistem sarafnya yang belum sempurna, kurang lemak tubuh yang menghangatkan tubuhnya, dan tubuhnya belum mampu untuk mengatur panas.
Jika hipotermia terjadi seketika saat bayi lahir, tim medis akan melakukan serangkaian prosedur untuk menghangatkan bayi. Namun jika terjadi ketika Anda dan Si Kecil sudah di rumah, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menutup kepala bayi dengan topi, menyelimuti bayi, dan tak lupa lakukan kontak kulit ke kulit sambil menyusu.
3. Ruang Lahir yang Terlalu Dingin
Bahkan bayi yang lahir cukup bulan dan cukup berat badan pun bisa mengalami hipotermia ketika dilahirkan di ruangan yang terlalu dingin. Jika ini terjadi, tim medis akan melakukan protokol penghangatan seperti:
⢠Segera mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dan lainnya.
⢠Meletakkan bayi di tempat dengan teknologi penghangat.
⢠Memberikan selimut dan matras berpenghangat.
⢠Menyarankan untuk melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibunya.
⢠Menunda memandikan bayi setidaknya 12 jam setelah lahir.
4. Hipoglikemi
Ini adalah kondisi ketika bayi memiliki glukosa atau gula darah terlalu rendah. Bayi baru lahir bisa langsung mengalami hipoglikemi, atau bisa juga setelah mengalami infeksi. Untuk mencegah risiko ini, coba atur penambahan berat badan kehamilan sesuai rekomendasi dokter. Jika Anda berisiko diabetes, coba lebih mewaspadai diabetes gestasional.
5. Infeksi
"Banyak penyakit memiliki gejala hipotermia, di antaranya infeksi berat seperti sepsis neonatorum, radang selaput otak, radang paru, hipoglikemi, dan lain-lain," tulis dr. Setya. Meningitis atau radang selaput otak adalah salah satu infeksi yang kerap menyebabkan demam, tetapi sering juga menyebabkan hipotermia. Begitu juga dengan sepsis atau infeksi bakteri pada darah bayi. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)