FAMILY & LIFESTYLE

Waspada Penyebaran Virus MERS



Belakangan ini, wabah Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) kembali menjadi topik hangat. Tahun lalu, MERS CoV telah meluas ke beberapa negara Eropa dengan 51 kasus yang terkonfirmasi dan 30 kematian. Tahun ini, 414 kasus terjadi di Arab Saudi dan pada 5 Mei 2014 lalu, Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengonfirmasi bahwa sudah seperempat dari jumlah kasus tersebut yang mengakibatkan korban jiwa, termasuk 1 WNI yang tinggal di sana.

Dalam 48 jam terakhir, kasus MERS dikabarkan meningkat di berbagai negara, seperti Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman, Tunisia, serta beberapa negara di Eropa. Bahkan, untuk pertama kalinya, kasus ini mulai ditemukan di AS pada 2 Mei 2014 lalu. Beberapa waktu lalu, virus MERS Cov sempat diberitakan mulai memasuki wilayah Indonesia, seperti Riau, Medan, dan Bali.

Kasus MERS pertama kali muncul di Arab saudi dan Yordania pada bulan April 2012 lalu. Sejak itu, sekitar 400 kasus telah dilaporkan ke WHO dan sekitar sepertiga dari kasus tersebut berujung fatal. Melihat besarnya ancaman virus ini, rantai MERS telah menimbulkan ketakutan bagi seluruh masyarakat di dunia.

Virus MERS diduga berasal dari kelelawar, tetapi juga tersebar luas pada unta. Namun, belum jelas bagaimana virus ini menyebar antar sesama manusia. Para ahli mengatakan bahwa anggota keluarga dan paramedis di rumah sakit, turut berperan menyebarkan virus dari manusia ke manusia lainnya. Sejauh ini, sebagian besar kasus banyak terjadi pada pria berusia sekitar 24-94 tahun.

Dilansir dari sumber M&B UK, Dr. Anne Schuchat, Direktur Pusat Nasional Center for Disease Control di Inggris mengatakan, kasus MERS terbukti telah menyebar ke petugas kesehatan dan belum ditemukan pengobatan untuk menanganinya. Pasien hanya ditempatkan di ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, dengan harapan sistem kekebalan tubuh pasien akan mengalahkan virus itu.

Pasien MERS memiliki gejala yang sangat umum, seperti demam dan batuk, tetapi efeknya bisa sangat bervariasi, termasuk kematian. Selain itu, muncul juga beberapa gejala pneumonia, nyeri dada, diare, dan kesulitan bernapas. Pasien yang terkena penyakit ini harus dirawat di ruang isolasi selama minimal 12 hari untuk menghindari penyebaran virus.

Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk pencegahan virus MERS. Tindakan pencegahan yang dianjurkan adalah dengan menjalankan perilaku bersih dan sehat, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Selain itu, dianjurkan pula untuk menggunakan masker jika berada di keramaian, serta hindari orang yang sedang menderita flu dan batuk. (Aulia/dok.freedigitalphotos)