Bercinta atau berhubungan intim seharusnya menjadi hal yang menyenangkan bagi setiap pasangan. Namun, pada kenyataannya, tak sedikit orang yang justru merasa sedih ataupun gelisah setelah melakukan serangkaian aktivitas seksual bersama pasangannya. Apakah Anda atau suami Anda pernah mengalami hal ini, Moms?
Tak perlu khawatir, ini bukanlah hal yang memalukan. Pasalnya, kondisi saat Anda merasa sedih atau gelisah setelah melakukan hubungan intim dengan pasangan atau yang disebut dengan post-coital dysphoria (PCD) atau post sex blues adalah hal yang lumrah terjadi.
Menurut International Society for Sexual Medicine (ISSM) kondisi ini bisa terjadi baik pada saat pasangan melakukan hubungan intim dalam kondisi biasa saja maupun saat hubungan intim tersebut berlangsung dengan penuh cinta, menggairahkan, dan menyenangkan. Bahkan, dalam beberapa kasus, diketahui seseorang bisa menangis atau merasa depresi setelah mengalami orgasme.
Baca juga: 7 Tanda Pasangan Anda Tak Menikmati Hubungan Seks
Tak hanya dialami wanita
Meski dianggap sebagai salah satu kondisi yang sering dialami kaum wanita, nyatanya post-coital dysphoria (PCD) juga bisa dialami kaum pria. Sebuah makalah berjudul "Post-coital Dysphoria: Prevalence and Correlates Among Male", yang diterbitkan oleh International Journal of Sex & Marital Therapy melakukan survei online pada 1.208 pria dari seluruh dunia terkait PCD ini. Hasilnya diketahui bahwa 41% dari mereka pernah mengalami PCD dan 4% peserta mengaku mengalami PCD secara teratur.
Penyebab post-coital dysphoria
Post-coital dysphoria (PCD) diketahui bisa disebabkan oleh tekanan psikologis, pelecehan seksual masa kanak-kanak, dan beberapa disfungsi seksual. Tak hanya itu, beberapa penyebab PCD lainnya meliputi:
1. Tak ada ritual setelah berhubungan seks
Bukan hanya foreplay, afterplay atau ritual yang dilakukan usai melakukan hubungan seks seperti pillow talk, memeluk, memijat, mengucapkan kata-kata sayang, merupakan hal penting yang harus dilakukan tiap pasangan. Sesi afterplay ini dimaksudkan untuk mendekatkan pasangan secara emosional. Namun, bila Anda dan pasangan tidak melakukan sesi ini setelah bercinta, sama saja Anda berdua tidak memiliki waktu untuk terhubung secara emosional dan hal tersebut bisa mengembangkan PCD.
2. Pengalaman seks tak sesuai harapan
Faktanya, sesi bercinta tak selalu berjalan dengan mulus dan terasa mengasyikkan. Menurut psikoterapis David Strah, LMFT, rasa senang yang intens atas pengalaman seksual tersebut bisa menyebabkan perasaan kecewa, sedih, atau kesepian begitu kita menyadari bahwa pengalaman tersebut tidak akan terulang lagi. Sederhananya, mungkin kenyataan dari situasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang Anda harapkan.
3. Adanya trauma dan malu
Aktivitas seksual terkadang rentan membuat seseorang merasa kembali membuka "luka" lamanya yang emosional. Menurut psikoterapis Aviva Kamander, LCSW, ketika seseorang mengalami trauma dan atau pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan, seperti pelecehan, penelantaran, dan disfungsi rumah tangga, pengalaman seksual baru apa pun itu bisa menyebabkan kesedihan setelah berhubungan seks, terlepas dari apakah trauma atau rasa malu yang mendasari tersebut bersifat seksual.
4. Casual sex
Penyebab potensial dari PCD salah satunya adalah bila kehidupan seks Anda tidak mencerminkan apa yang sebenarnya Anda inginkan dan butuhkan dari sebuah hubungan yang intim. Misalnya saat seseorang melakukan casual sex atau one night stand (bercinta tanpa komitmen).
Menurut psikolog klinis Carla Marie Manly, PhD, pria dan wanita tidak akan terpengaruh secara negatif jika hubungan casual sex mereka sejalan dengan kebutuhan dan nilai dalam hidup mereka. Namun, hal ini berbeda ketika mereka tidak medukung konsep atau nilai casual sex, di mana ini akan berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis mereka. Jadi ketika seseorang merasa senang untuk melakukan casual sex, tapi di lubuk hatinya ia tahu bahwa itu adalah pilihan yang tidak sejalan dengan struktur hubungan idealnya, ini bisa memungkinkan berkembangnya PCD.
Untuk mengatasi post-coital dysphoria (PCD), Kamander menyarankan Anda untuk berusaha belajar tentang kebutuhan, motivasi, dan nilai seksual Anda. Menuliskan perasaan Anda dalam sebuah jurnal dan mendiskusikan situasinya dengan pasangan Anda juga dapat membantu mengatasi hal tersebut. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Freepik)