Bukan hanya masa pubertas anak perempuan yang perlu mendapat perhatian, pubertas anak laki-laki juga tak boleh diabaikan. Salah satu tanda pubertas pada anak laki-laki adalah terjadinya mimpi basah. Sebagian anak laki-laki mulai mengalami mimpi basah ketika menginjak usia 15 tahun. Akan tetapi, ada juga anak yang sudah mulai mengalami hal tersebut pada usia 9 atau 10 tahun.
Dalam dunia medis, mimpi basah disebut juga sebagai emisi nokturnal. Dikutip dari laman John Hopkins All Children's Hospital, istilah ini bisa diartikan sebagai keluarnya air mani pada malam hari tanpa disengaja.
Sementara itu menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terjadinya mimpi basah menunjukkan mulai aktifnya proses spermatogenesis. Mimpi basah adalah ejakulasi yang terjadi ketika seseorang sedang tidur. Hal ini terjadi ketika kantong sperma telah penuh dan akhirnya dikeluarkan saat sedang tidur karena sudah tidak dapat menampungnya lagi.
Kondisi ini terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon testosteron dalam tubuh. Namun, ketika usia anak makin bertambah, intensitas mimpi basah pun lama-kelamaan akan berkurang. Pada kondisi ini, anak tidak perlu melakukan masturbasi untuk mengalami ejakulasi. Hanya saja, sering kali anak merasa bingung atau malu karena mengira ia telah mengompol.
Perlu diketahui, mimpi basah juga bisa dialami anak perempuan. Namun, hal ini bukan faktor utama pubertas pada anak perempuan. Pasalnya, ia tidak bisa mengalami ejakulasi tapi bisa orgasme ketika mengalami mimpi tertentu.
Berikan pemahaman
Seperti telah disebutkan, mimpi basah bisa membuat anak merasa bingung atau malu. Itulah sebabnya, Moms dan Dads perlu memberikan pemahaman kepadanya bahwa mimpi basah atau ejakulasi saat tidur adalah hal yang normal memasuki masa pubertas.
Selain itu, Anda juga perlu mulai mengajarkan anak untuk membersihkan diri dan pakaiannya setelah mengalami mimpi basah. Jangan lupa untuk selalu mengingatkan anak untuk lebih merawat alat kelaminnya, seperti rajin membersihkannya dengan seksama, termasuk di area bawah penis.
Saat anak mulai mengalami mimpi basah, artinya Moms dan Dads sudah harus mempersiapkan diri untuk menambah pengetahuannya tentang seks. Biasanya rasa ingin tahu anak akan makin besar dan mungkin anak menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar seks. So, be ready ya, Moms!
Tentang mimpi basah
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin bisa Anda beritahukan kepada anak seputar mimpi basah.
1. Frekuensi mimpi basah tidak sama antara satu anak dengan anak lainnya. Ada yang mengalaminya 2-3 kali dalam seminggu, ada juga yang hanya mengalami sekali sepanjang masa remajanya. Frekuensi mimpi basah yang berbeda bukan indikasi adanya masalah dalam diri anak.
2. Tidak semua anak mengalaminya. Ketika anak mulai mengalami fase pubertas, Anda disarankan untuk mulai membicarakan soal perubahan-perubahan apa saja yang mungkin terjadi pada tubuhnya, termasuk soal mimpi basah. Jelaskan kepadanya bahwa mungkin saja ia tidak mengalami mimpi basah dan hal tersebut bukan pertanda adanya masalah.
3. Mimpi basah tidak bisa dicegah. Sebagian anak mungkin akan merasa khawatir mengalami mimpi basah dan berusaha keras untuk mencegahnya terjadi. Anda perlu memberitahu bahwa mimpi basah bukan hal yang perlu dikhawatirkan, jadi anak tak perlu takut jika hal tersebut terjadi pada dirinya.
4. Beri edukasi seks. Jika memungkinkan, Anda bisa mulai membicarakan hal-hal seputar seks dengan anak. Akan tetapi, ada orang tua yang justru malu atau canggung membicarakan hal semacam itu dengan buah hatinya. Jika demikian halnya, Anda bisa meminta bantuan para ahli, seperti psikolog atau konselor khusus remaja, untuk memberikan edukasi seks yang tepat kepada anak Anda. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)