Moms, apakah Anda sering mengalami rasa tidak nyaman pada perut setelah makan? Hati-hati, bisa jadi Anda mengalami dispepsia!
Dalam dunia medis, dispepsia adalah sekumpulan gejala yang dideskripsikan sebagai rasa tidak nyaman pada perut, seperti perut terasa penuh, kembung, sakit perut, dan nyeri pada ulu hati. Tetapi, perlu diketahui bahwa dispepsia bukan penyakit, melainkan gejala dari penyakit atau adanya gangguan dalam sistem pencernaan. Orang awam biasanya menyebut sindrom dispepsia sebagai sakit maag.
Selain gejala yang telah disebutkan di atas, sindrom dispepsia juga dapat menimbulkan berbagai keluhan lain, seperti:
⢠Cepat merasa kenyang saat makan.
⢠Tidak bisa menghabiskan makanan dalam porsi banyak.
⢠Perut terasa penuh setelah makan dengan porsi normal.
⢠Rasa perih hingga panas seperti terbakar pada lambung dan kerongkongan.
⢠Sering kentut atau buang gas.
Penyebab Sindrom Dispepsia
Seseorang bisa mengalami sindrom dispepsia ketika jumlah asam lambung meningkat dan menyebabkan iritasi pada dinding lambungnya. Iritasi inilah yang memicu munculnya berbagai keluhan di lambung yang dapat terasa hingga kerongkongan.
Banyak hal yang bisa menyebabkan sindrom dispepsia, salah satunya adalah gaya hidup. Ya, Anda berisiko untuk mengalami rasa tak nyaman pada perut setelah makan apabila memiliki berat badan yang berlebihan (obesitas) atau punya kebiasaan sebagai berikut:
⢠Pola makan yang kurang baik, misalnya makan tidak teratur atau terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak dan pedas.
⢠Terlalu sering mengonsumsi minuman yang mengandung kafein.
⢠Terlalu sering mengonsumsi minuman beralkohol.
⢠Merokok.
Indikasi Penyakit
Seperti telah disebutkan sebelumnya, dispepsia bukanlah penyakit melainkan gejala yang bisa mengindikasikan adanya gangguan kesehatan dalam tubuh Anda. Beberapa penyakit yang memiliki gejala dispepsia, yaitu:
⢠Penyakit asam lambung (GERD).
⢠Gangguan pankreas, termasuk pankreatitis akut dan pankreatitis kronis.
⢠Gangguan di saluran empedu, seperti kolesistitis.
⢠Gangguan lambung, misalnya radang lambung atau gastritis, infeksi bakteri Helicobacter pyloripada lambung, tukak lambung, dan kanker lambung.
⢠Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid, dan obat-obatan golongan NSAID, misalnya aspirin atau ibuprofen.
Mengatasi Dispepsia
Pada umumnya, dispepsia bukanlah gejala serius. Akan tetapi, bukan berarti masalah ini tidak membutuhkan penanganan. Sangat disarankan Anda untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala sindrom dispepsia yang berkepanjangan atau muncul gejala lain, seperti muntah darah dan feses berwarna hitam.
Selain dengan menggunakan obat-obatan, gejala dispepsia juga bisa diminimalisasi dengan cara:
⢠Menghindari atau membatasi asupan makanan pemicu, seperti gorengan, cokelat, bawang merah, bawang putih, dan makanan yang terlalu pedas.
⢠Lebih banyak mengonsumsi air putih dan menghindari minuman bersoda.
⢠Membatasi asupan kafein.
⢠Makan makanan dengan porsi kecil lebih sering.
⢠Makan secara perlahan.
⢠Mempertahankan berat badan sedang.
⢠Menghindari pakaian yang terlalu ketat.
⢠Menunggu 3 jam atau lebih setelah makan untuk tidur.
⢠Memosisikan kepala lebih tinggi saat tidur.
⢠Menghentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)