BUMP TO BIRTH

Vital bagi Janin, Yuk Kenali Cairan Ketuban Lebih dalam!



Moms mungkin sering mendengar istilah pecah ketuban atau pecah air ketuban. Sesuai namanya, istilah ini menjelaskan peristiwa kantong ketuban yang pecah sehingga air ketuban keluar melalui vagina.

Selama masa kehamilan, janin berkembang di dalam membran bernama kantong ketuban yang berisi cairan. Cairan ini kemudian disebut sebagai cairan ketuban dan sangat penting dalam proses pertumbuhan janin.

Memangnya, apa fungsi cairan ketuban dan bagaimana rupanya? Untuk mengetahuinya, yuk simak penjelasan berikut, Moms!

Karakteristik Cairan Ketuban

Dilansir dari Very Well Family, berikut ini beberapa karakteristik dari cairan ketuban:

• Berwarna bening jernih atau kuning pucat.

• Tidak berbau atau bisa juga berbau manis. Namun beberapa orang menyebutkan bahwa cairan ketuban juga bisa berbau masam seperti pemutih.

• Jumlah cairan ketuban akan meningkat seiring dengan berkembangnya janin hingga usia kandungan 34 minggu. Setelah itu, jumlah cairan ketuban akan mulai berkurang sedikit demi sedikit.

• Cairan ketuban terdiri dari air, elektrolit, protein, karbohidrat, lipid, fosfolipid, urea, dan sel-sel fetal.

Awalnya cairan ketuban hanya akan terdiri dari air tubuh ibu, namun lambat laun komposisi utama akan dipenuhi oleh urine janin. Selain itu, cairan ketuban juga mengandung nutrisi penting, hormon, dan antibodi.

Peran dan Fungsi Cairan Ketuban

Cairan ketuban memiliki fungsi penting dalam menjaga dan membantu perkembangan janin, seperti:

• Menyediakan cukup ruang untuk janin berkembang dan bergerak. Pergerakan janin sangatlah penting untuk mendukung perkembangan otot dan tulangnya dengan optimal.

• Melindungi dan menyediakan kenyamanan bagi janin.

• Membantu proses perkembangan kemampuan pernapasan dan pencernaan. Janin akan latihan bernapas dengan menghirup cairan ketuban.

• Membentuk urine janin.

• Menjaga temperatur janin hangat dan konsisten.

• Menjaga janin dari infeksi.

• Lubrikasi untuk mencegah beberapa bagian tubuh tumbuh bersamaan, seperti jari-jari tangan dan kaki. Jari dapat tumbuh menempel satu sama lain jika cairan ketuban terlalu sedikit.

• Mendukung tali pusat. Cairan ketuban dapat mencegah tali pusat tertekan seiring dengan perkembangan janin. Tali pusat berguna untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari plasenta kepada janin.

Kemungkinan Gangguan pada Cairan Ketuban

Biasanya, cairan ketuban bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Namun pada beberapa kasus, cairan ketuban dapat mengalami masalah dan dapat membahayakan. Berikut ini beberapa masalah yang dapat terjadi pada cairan ketuban:

1. Warna yang Abnormal

Warna cairan ketuban yang abnormal bisa berupa kehijauan, cokelat, atau kemerahan seperti darah. Pada kehamilan usia tua, cairan ketuban yang berwarna hijau atau cokelat dapat menandakan bahwa janin telah buang air besar di dalam rahim dan mengeluarkan meconium. Hal ini dapat bermasalah bagi janin, karena jika terhirup bisa menyebabkan masalah pernafasan yang disebut meconium aspiration syndrome. Selain itu, hal tersebut juga menandakan janin stres.

Warna cairan ketuban yang kemerahan, terutama selama proses persalinan bisa disebabkan oleh serviks yang mulai terbuka atau adanya masalah plasenta. Sedangkan warna cairan ketuban yang gelap bisa terlihat bersamaan dengan intrauterine fetal demis (IUFD) ketika janin meninggal selama masa kehamilan.

2. Aroma yang Abnormal

Cairan ketuban beraroma tidak enak atau bau busuk bisa menandakan infeksi. Sebuah studi yang dimuat di Journal of Midwifery & Women's Health pada tahun 2016 merekomendasikan agar ibu yang mengalami pecah ketuban harus segera menghubungi dokter jika cairan ketuban berbau tidak sedap.

3. Oligohydramnios

Oligohydramnios adalah kondisi menurunnya jumlah cairan ketuban akibat bocor atau masalah pada janin maupun plasenta. Masalah ini juga dapat terjadi jika janin memiliki masalah ginjal, karena janin mengeluarkan sedikit urine sehingga cairan ketuban juga sedikit.

4. Polyhydramnios

Polyhydramnios terjadi jika jumlah cairan ketuban terlalu banyak, biasanya disebabkan oleh anomali kongenital pada janin, kehamilan kembar, atau diabetes gestasional. Pada beberapa kasus, penyebab atau pemicunya tidak dapat dikenali.

Komplikasi dapat terjadi jika kantong ketuban pecah sebelum waktunya, dan hal ini disebut sebagai pecah ketuban dini. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain infeksi, perkembangan janin yang tidak normal, atau persalinan prematur. Selalu lakukan kontrol kehamilan teratur untuk mengawasi kondisi cairan ketuban Anda ya, Moms. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)