FAMILY & LIFESTYLE

Bolehkah Orang Tua Berdebat di Depan Anak? Ini Kata Ahli



Berbeda paham adalah hal yang wajar, bahkan di dalam hubungan keluarga sekali pun. Moms bisa saja tidak setuju dengan pilihan partai politik Dads, ataupun Dads yang tidak sependapat tentang tanggapan Moms soal kebijakan pemerintah terbaru.

Terlebih lagi, selama pandemi semua orang semakin rentan mengalami stres. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Michigan pada tahun 2020, menemukan bahwa pasangan suami-istri cenderung lebih sering bertengkar soal finansial dan permasalahan rumah tangga lain selama pandemi.

Ya, terkadang berdebat di depan anak bisa menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Namun, apakah hal ini baik? Dilansir dari Parents, yuk, simak penjelasannya berikut, Moms!

Kata Ahli

Beth Proudfoot, LMFT, spesialis anak dan ahli perawatan anak di California, menyatakan bahwa perdebatan orang tua adalah hal yang sulit dihindari. "Salah satu masalah terbesar yang muncul selama pandemi adalah kurangnya privasi bagi pasangan. Anak-anak selalu bersama orang tua," katanya.

Tapi ini tak melulu merupakan hal buruk. Ada hal-hal yang tidak bisa diperbaiki, seperti pandangan politik ataupun sosok mertua. Tapi ada pula perdebatan yang membuahkan solusi, yang sebenarnya baik jika dipertunjukkan kepada Si Kecil. Hal ini dapat mengajarkan Si Kecil tentang cara orang dewasa menyelesaikan permasalahan bersama.

"Berdebat adalah salah satu bentuk komunikasi. Pertentangan dan kebutuhan akan resolusi adalah hal alami dan bagian penting dalam kehidupan keluarga," tutur Penny Mansfield, ahli relasi dan pimpinan One Plus One (lembaga amal dan penelitian tentang relasi di Inggris).

Sayangnya, menurut Penny, orang tua sering berbuat kesalahan saat berdebat di depan anak. Orang tua cenderung memulai argumen di depan anak-anak, namun tidak menyelesaikannya di depan mereka, karena merasa bahwa lebih baik perdebatan itu dibiarkan saja atau diselesaikan di tempat lain.

Realitanya, anak-anak akan mendapatkan manfaat jika melihat resolusi di dalam perdebatan Anda dan pasangan. Terlebih lagi, Si Kecil bisa ikut khawatir jika perdebatan tidak tampak selesai. Kuncinya, Moms dan Dads perlu berdebat dengan baik di depan Si Kecil.

Trik Berdebat di Depan Anak

Pertentangan adalah hal yang wajar di dalam keluarga, dan Moms perlu menerimanya serta menjaganya tetap sehat. Soalnya, studi yang dilakukan oleh Institute of Family Studies menemukan bahwa konflik orang tua yang panas, dilakukan dengan sering, dan kasar, dapat berdampak pada kesehatan mental anak dan bisa berujung pada masalah perilaku, agresif, serta krisis hubungan.

Berikut ini ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan saat harus berargumen di depan Si Kecil:

• Fokus dengan napas. Penny mengatakan bahwa Moms dan Dads perlu berdebat dengan tenang. Jaga napas tetap stabil agar Anda tidak kehilangan kesabaran.

• Dengarkan pasangan Anda. Moms mungkin merasa Dads pantas untuk disalahkan, tapi Moms tak akan mendapatkan solusi dengan melakukan ini. Penting bagi Moms untuk memberikan kesempatan bagi Dads untuk beropini dengan suasana yang tidak menghakimi sebelum Anda meresponsnya.

• Tetap sesuai jalur. Jangan mulai membicarakan satu hal namun fokus dengan hal lainnya.

• Gunakan kata-kata yang tepat. Moms bisa pakai frasa "Menurutku" dan "Kurasa" untuk memulai opini Anda. Hal ini dapat membantu Dads memahami apa maksud Anda dengan lebih baik. Frasa ini juga tidak terdengar mengancam, menunjukkan kerentanan, dan memperkenankan keterlibatan semua pihak.

• Tunggu waktu yang baik. Mungkin Moms ingin segera membicarakan sesuatu ketika Dads baru selesai bekerja. Untuk itu, Moms bisa mulai dengan "Aku ingin membicarakan sesuatu, namun sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat" untuk memberikan tanda pada Dads. Moms perlu cari waktu di mana Anda dan Dads bisa berdiskusi dengan kepala dingin.

• Jangan gunakan metode yang destruktif, termasuk bertindak agresif secara verbal dan fisik, silent treatment, atau berteriak yang sudah terbukti buruk, baik bagi Anda, Dads, bahkan Si Kecil.

• Pertimbangkan anak-anak. Ada kalanya Si Kecil ingin terlibat, baik melerai atau bahkan memprovokasi. Di situasi seperti ini, maka penting bagi Moms dan Dads untuk berhenti berdebat dan merenungkan aksi Anda. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)