TODDLER

Pemerintah Gelar Sekolah Tatap Muka? Ini Rekomendasi dari IDAI



Moms yang memiliki anak usia sekolah, apakah sudah mengisi kuesioner soal perizinan untuk kembali mengikuti sekolah tatap muka? Sebagian sekolah menyebarkan kuesioner ini menyusul rencana pemerintah Indonesia untuk kembali menjalankan sekolah tatap muka mulai tahun ajaran 2021/2022.

Lantas apakah langkah ini sudah tepat? Per awal Mei 2021, jumlah pasien COVID-19 di Indonesia dikabarkan kembali meningkat. Bukan tak mungkin, jumlah orang yang terinfeksi virus corona akan semakin bertambah pascalibur Idul Fitri mendatang.

Menyikapi hal ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) pun memberikan rekomendasi soal rencana pemerintah untuk kembali menggelar sekolah tatap muka. Rekomendasi IDAI seperti yang dimuat dalam akun Instagram @idai_ig, yaitu:

1. Melihat situasi dan penyebaran COVID-19 di Indonesia, saat ini sekolah tatap muka belum direkomendasikan.

2. Persyaratan untuk dibukanya kembali sekolah, antara lain terkendalinya transmisi lokal yang ditandai dengan positivity rate kurang dari 5 persen dan menurunnya tingkat kematian.

3. Jika sekolah tatap muka tetap dimulai, maka pihak penyelenggara harus menyediakan blended learning, anak dan orang tua diberi kebebasan memilih pembelajaran luring (luar jaringan/offline) atau daring (dalam jaringan/online).

4. Anak yang belajar secara luring maupun daring harus memiliki hak dan perlakuan yang sama.

5. Mengingat prediksi jangka waktu pandemi COVID-19 yang masih belum bisa ditentukan, maka guru dan sekolah hendaknya mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar, misalnya memanfaatkan belajar di ruang terbuka taman, lapangan, maupun sekolah di alam terbuka.

Panduan dari IDAI

Jika sekolah akan mengadakan sistem pembelajaran tatap muka, maka IDAI pun memberikan sejumlah panduan sebagai berikut:

• Semua guru dan pengurus sekolah yang berhubungan dengan anak dan orang tua/pengasuh harus sudah divaksin.

• Buat kelompok belajar kecil. Kelompok ini yang berinteraksi secara terbatas di sekolah, dengan tujuan jika ada kasus konfirmasi, contact tracing dapat dilakukan secara efisien.

• Jam masuk dan pulang bertahap untuk menghindari penumpukan siswa di jam masuk dan pulang sekolah. Kelompok belajar kecil dapat datang dan pulang di waktu yang sama.

• Penjagaan gerbang dan pengawasan yang disiplin guna menghindari kerumunan di gerbang sekolah.

Berisiko Menularkan

Rekomendasi yang dikeluarkan IDAI senada dengan pernyataan dr. Adam Prabata melalui akun Instagram miliknya. Sebelumnya, dokter yang banyak memberikan edukasi tentang COVID-19 kepada masyarakat ini memberi peringatan kepada orang tua mengenai efek yang mungkin terjadi jika sekolah tatap muka dilakukan sebelum pandemi berakhir.

Menurut dr. Adam, anak-anak dan remaja terbukti lebih berisiko menularkan virus corona kepada keluarga. Berdasarkan statistik, anak berusia 12 hingga 16 tahun memiliki kemungkinan 7 kali lebih tinggi untuk tertular COVID-19 pertama kali di keluarga. Sedangkan anak berusia di bawah 12 tahun, kemungkinan 2-3 kali lebih tinggi untuk terinfeksi virus corona pertama kali di keluarganya.

Ketika anak-anak dan remaja terjangkit COVID-19, maka mereka berisiko lebih tinggi untuk menularkannya kepada anggota keluarga lainnya. Bahkan risiko anak berusia 2-16 tahun bisa dua kali lebih tinggi untuk menyebarkan virus tersebut.

Oleh sebab itu, dr. Adam berpendapat bahwa pelaksanaan sekolah tatap muka bisa meningkatkan penularan kasus COVID-19 apabila dilakukan saat situasi penularan dalam tingkat sedang dan tinggi. Mengingat adanya risiko tersebut, maka pemerintah harus lebih seksama mengatur pelaksanaan kembali sekolah tatap muka selama masa pandemi. Sementara itu, orang tua perlu waspada dan wajib membekali anak-anaknya untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.

IDAI sudah memberikan rekomendasinya. Lantas bagaimana dengan Anda? Apakah Moms siap melepas buah hati Anda untuk kembali bersekolah tatap muka? (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)