Meledaknya kasus COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia memicu masyarakat luas untuk memeriksakan diri dan melakukan tes swab antigen guna mendeteksi keberadaan virus berbahaya ini di dalam tubuh. Alhasil, klinik yang menawarkan layanan tes swab antigen pun semakin banyak didatangi warga, apalagi jika harga yang ditawarkan murah dan hasilnya cepat keluar.
Ya, selain tes swab PCR (polymerase chain reaction), tes swab antigen dimanfaatkan untuk mendeteksi virus COVID-19. Dan sama seperti PCR, tes swab antigen dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Petugas medis akan memasukkan tangkai panjang melalui hidung, di mana tangkai tersebut sudah dilengkapi kapas di bagian ujungnya.
Sekilas melakukan hal tersebut lumayan mudah. Terlebih, kini alat tes swab antigen banyak diperjualbelikan secara bebas, di antaranya melalui media sosial dan e-commerce. Beberapa waktu lalu juga sempat beredar sebuah video di media sosial TikTok di mana seseorang mencoba menggunakan alat tes swab antigen yang dibelinya secara daring. Namun, yang penting untuk Anda ketahui, penggunaan alat swab sebenarnya tidak boleh dilakukan sendiri dan sembarangan, lho!
Risiko melakukan tes swab antigen sendiri
Menurut pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo, penggunaan alat swab tidak sesederhana memasukkan dan mengusap tangkai swab ke dalam hidung. Selain itu, melakukan tes swab sendiri tanpa cara yang benar bisa berisiko cedera dan hasilnya tidak akurat. "Dalam pengambilan bisa saja cedera. Lalu kalau prosedur keliru, bisa keliru juga hasilnya," jelas Ahmad seperti dikutip dari Detikcom.
Melansir Halodoc, melakukan swab antigen tanpa bantuan tenaga kesehatan atau tenaga profesional sangat tidak dianjurkan, karena bisa menimbulkan dampak negatif atau komplikasi. Dampak swab antigen ini bisa terjadi pada mereka yang memiliki struktur hidung yang bengkok atau tidak normal. Struktur ini membuat rongga hidung menjadi lebih sempit. Nah, bila yang melakukan swab tak memahami struktur tersebut, maka risikonya bisa menyebabkan kesakitan yang luar biasa.
Selain kesakitan, risiko lain yang bisa muncul adalah patahnya ujung tangkai yang digunakan untuk melakukan swab. Jika hal tersebut terjadi, bukan tidak mungkin Anda malah dilarikan ke klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Tentu saja ini justru jadi akan merepotkan buat Anda dan semuanya, bukan?
Hasil tes swab bisa tidak akurat
Risiko berikutnya, tes swab antigen yang dilakukan seorang diri juga bisa memengaruhi hasil akhir. Orang awam yang melakukan swab sendiri tak memahami struktur anatomi hidung atau tidak mengetahui bagian yang harus diambil.
Dengan kata lain, sampel yang diambil bukan dari tempat yang seharusnya menjadi bahan pemeriksaan. Nah, kesalahan dalam pengambilan sampel ini bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Imbasnya, bisa jadi hasil pemeriksaan seharusnya menunjukkan positif, namun karena sampel atau tempat pengambilannya salah, maka hasilnya menjadi negatif.
Risiko tertular virus
Risiko yang juga tak kalah berbahayanya dari pengambilan swab antigen sendiri tanpa bantuan nakes adalah dapat memicu keluarnya droplets dari mulut maupun hidung yang diperiksa, sehingga dapat meningkatkan potensi penularan COVID-19.
Mengutip dari Kompas.com, Prof. DR. Dr. Aryati, MS, Sp.PK (K), Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia, salah satu syarat pengambilan sampel saat tes adalah penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi petugas.
"Kami selalu tekankan, hati-hati mengambilnya, harus pakai APD yang sesuai" ujar Prof. Aryati. Tujuan menggunakan APD adalah untuk mencegah risiko penularan virus. Jika pengambilan sampel dilakukan sendiri, maka kemungkinan besar orang tersebut tidak mengenakan APD, sehingga bisa justru dapat berisiko tertular virus COVID-19.
Jadi, jangan pernah sekali-sekali melakukan tes swab antigen sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan atau tenaga profesional, ya. (M&B/SW/Dok. Freepik)