BUMP TO BIRTH

Kenali Pseudocyesis, Kehamilan Palsu yang Bikin Morning Sickness



Keluhan kehamilan sangat normal terjadi, khususnya di awal-awal kehamilan. Sebut saja mual, muntah, dan sakit kepala yang paling sering menyerang ibu hamil di trimester awal. Lalu, bagaimana jika keluhan kehamilan muncul pada wanita yang ternyata tidak hamil? Hal seperti itu dikenal dengan pseudocyesis atau biasa disebut kehamilan palsu.

Penjelasan kehamilan palsu sebenarnya agak mirip dengan couvade syndrome, di mana para Dads ikut merasakan keluhan kehamilan karena simpatik pada istrinya yang sedang hamil. Untuk mengenal lebih jauh mengenai pseudocyesis atau kehamilan palsu, baca info-info penting di bawah ini yuk, Moms.

Apa itu pseudocyesis?


Walau terdengar tak masuk akal, namun pseudocyesis atau kehamilan palsu adalah hal yang mungkin terjadi. Menurut WebMD, kehamilan palsu adalah kondisi seorang wanita yang percaya dirinya sedang hamil, padahal sebenarnya tidak hamil. Kehamilan palsu juga membuat wanita bisa mengalami keluhan-keluhan kehamilan seperti morning sickness, penambahan berat badan, dan sakit punggung.

Uniknya, kehamilan palsu lebih sering dialami oleh wanita yang sangat mendambakan kehamilan, seperti mereka yang mengalami gangguan kesuburan, keguguran berulang, dan memasuki usia menopause.

Perlu ditekankan, kehamilan palsu atau pseudocyesis tidak sama dengan pura-pura hamil demi mencari keuntungan. Kehamilan palsu juga bukan delusi sedang hamil, seperti yang mungkin terjadi pada pasien schizophrenia. Kehamilan palsu atau pseudocyesis adalah dirasakannya tanda-tanda kehamilan (termasuk keluhan kehamilan) pada wanita yang sangat mendambakan kehamilan.

Penyebab kehamilan palsu

Penyebab pasti dari kehamilan palsu masih belum diketahui dengan jelas, namun menurut WebMD, para dokter yakin penyebabnya adalah faktor psikologis yang membuat tubuh "berpikir" sedang hamil. Ketika seorang wanita sangat mendambakan kehamilan, tubuhnya bisa menghasilkan beberapa tanda kehamilan, seperti payudara mengeras, perut membesar, dan bahkan bisa merasakan sensasi pergerakan janin. Ya, semua itu bisa dirasakan walau wanita tersebut sebenarnya tidak hamil.

Otak wanita kemudian salah mengartikan tanda-tanda tersebut sebagai tanda kehamilan, yang memicu keluarnya hormon-hormon terkait kehamilan, seperti meningkatnya estrogen dan prolaktin. WebMD juga menyebutkan kalau beberapa hal bisa memicu terjadinya kehamilan palsu, seperti kemiskinan, kurangnya edukasi, riwayat kekerasan seksual di masa kecil, dan atau masalah dalam relationship.

Tanda kehamilan palsu

Para wanita yang mengalami kehamilan palsu umumnya bisa merasakan keluhan dan tanda kehamilan, persis seperti wanita hamil lainnya. Tanda kehamilan palsu tersebut termasuk:

• Gangguan pada periode menstruasi

• Perut membesar

• Payudara membesar dan lebih lembut atau mengeras

• Perubahan pada puting dan mungkin juga mengeluarkan ASI

• Merasakan gerakan janin

• Mual muntah khas morning sickness

• Bertambahnya berat badan.

Berbagai tanda di atas bisa dirasakan hanya dalam beberapa minggu, namun bisa juga terjadi selama berminggu-minggu atau bahkan selama 9 bulan. Pada kasus yang jarang terjadi, tanda kehamilan ini juga bisa terjadi selama beberapa tahun lho, Moms. Bahkan ada juga yang ke rumah sakit atau ke dokter karena merasa akan segera melahirkan.

Tes kehamilan palsu

Ketika wanita dengan pseudocyesis atau kehamilan palsu ke dokter, maka dokter akan mengevaluasi keluhan kehamilannya dan melakukan serangkaian pemeriksaan seperti yang dilakukan ke wanita hamil pada umumnya. Namun pada kehamilan palsu, bisa dipastikan tidak ada janin yang terdeteksi di USG, tidak ada detak jantung janin, dan hasil pemeriksaan urine juga akan menunjukkan tidak hamil.

Uniknya, dokter mungkin akan menemukan perubahan fisik, seperti pembesaran rahim dan serviks (leher rahim) yang melunak, yang umumnya hanya dialami wanita hamil. Beberapa kondisi medis juga bisa mirip dengan tanda kehamilan ini, seperti kehamilan ektopik, obesitas morbid, dan kanker.

Mengatasi kehamilan palsu

Ketika seorang wanita yakin dirinya sedang hamil, terlebih jika mengalaminya berbulan-bulan, maka pasti hatinya akan sangat hancur saat mengetahui kenyataan dirinya tidak hamil. Karena itu, dokter dan keluarga perlu ekstra hati-hati dalam menyampaikan fakta kehamilan palsu. Akan sangat baik jika wanita tersebut saat itu sudah didampingi psikolog atau tenaga profesional yang dapat membantu menenangkan kekecewaan penderita pseudocyesis.

Jika ada orang terdekat Anda yang mengalami kehamilan palsu atau pseudocyesis, bantu ia merasa nyaman dan terhindar dari mom-shaming, ya. Bagaimana pun ini adalah masalah kesehatan mental yang bisa membaik dengan dukungan dan semangat dari lingkungan sekitar. Yuk, saling dukung sesama perempuan! (Tiffany/SW/Dok. Freepik)