Penyebaran COVID-19 semakin mengkhawatirkan. Menurut data Covid19.go.id, per 2 Agustus 2021 kemarin, sudah ada 3.462.800 jiwa yang positif COVID-19. Penyakit mematikan ini bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu menyusui. Walau hingga saat ini tidak ada bukti COVID-19 bisa menular ke anak lewat air susu ibu (ASI), namun para busui yang positif COVID-19 pasti punya kecemasan anaknya ikut tertular.
Para ibu menyusui yang positif COVID-19 pasti bingung, haruskah berhenti menyusui sampai dinyatakan negatif? Amankah tetap menyusui Si Kecil saat terinfeksi virus corona? Untuk menjawabnya, M&B telah bertanya pada dr. Fransiska Farah, Sp.A, M.Kes, Dokter Spesialis Anak dan Konselor Laktasi, RS Pondok Indah â Bintaro Jaya. Simak penjelasan dr. Farah, yuk!
Gejala ringan
Menurut dr. Farah, ketika ibu menyusui terkonfirmasi positif COVID-19, maka harus dilihat dahulu gejalanya, apakah ringan, sedang, atau berat. "Jika ibu menyusui positif COVID-19 tanpa gejala atau gejalanya ringan dan bisa menyusui secara langsung, ibu tetap bisa menyusui anaknya secara langsung di rumah," ujar dr. Farah.
Walau boleh menyusui secara langsung, dr. Farah juga mengingatkan ibu untuk memperhatikan beberapa syarat berikut ini:
⢠Ibu harus menggunakan masker N-95.
⢠Area payudara yang akan dipakai untuk menyusui harus dibersihkan sebelum dan sesudahnya.
⢠Jangan lupa untuk selalu membersihkan tangan serta area-area yang kontak dengan ibu, sehingga tidak ada potensi penularan ke bayi.
⢠Pada saat bersama bayi untuk disusui, sebaiknya ibu berada di dalam ruangan yang memiliki ventilasi cukup baik, bukan di ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang baik.
Gejala sedang
"Jika ibu yang terpapar COVID-19 tidak bisa menyusui secara langsung, atau misalkan mempunyai gejala sedang, maka ibu bisa memerah ASI dan memberikannya nanti lewat ASI perah," saran dr. Farah.
Tetapi Moms juga harus ingat, ASI perah tersebut perlu diberikan dan disusui ke bayi oleh orang lain yang sehat dengan menjaga protokol kesehatan ketat. Moms juga harus membersihkan alat-alat menyusui (contohnya botol ASI atau kantong ASI) sebelum Anda memindahkan ASI perah ke wadah tersebut.
Sangat penting untuk mensterilkan alat-alat pendukung pemberian ASI perah, khususnya yang akan kontak langsung dengan bayi, seperti botol susu dan wadah ASI. Jika ASI perah berlebih atau ada yang bisa disimpan, perhatikan panduan menyimpan ASI perah di sini.Â
Gejala berat
Pada ibu menyusui dengan gejala COVID-19 yang berat atau yang dirawat di rumah sakit dan tidak memungkinkan untuk dapat memerah ASI, maka Moms mempunyai pilihan untuk memberikan ASI donor kepada Si Kecil.
"Namun harus selalu diingat, ASI donor yang diberikan harus bebas dari penyakit-penyakit yang bisa ditularkan lewat ASI (seperti HIV, sitomegalovirus, herpes, hepatitis). Seandainya syarat itu tidak terpenuhi, baru terakhir kita bisa memakai pilihan susu formula," saran dr. Farah.
Mengutip akun Instagram resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) @idai_id, bayi yang ibunya sedang melakukan isolasi mandiri bisa mendapatkan ASI donor jika kondisi sang ibu tidak memungkinkan untuk menyusui atau memerah ASI.
Selain itu, Moms juga perlu melakukan pasteurisasi untuk mencegah penularan penyakit melalui ASI donor. Cara pasteurisasi ASI donor tidak rumit kok, Moms. Menurut IDAI, Anda cukup didihkan air dalam panci berisi botol ASI donor, kemudian dinginkan ASI sebelum diminumkan ke Si Kecil. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)