FAMILY & LIFESTYLE

Sibuk vs Sayang



Salah satu perdebatan yang hampir tidak berujung adalah apakah sayang bisa dikalahkan kesibukan?

Perdebatan ini mulai terjadi sejak masih remaja sampai punya anak remaja. Mungkin kita ingat waktu masih remaja dan mulai pacaran. Pertengkaran yang umum terjadi adalah karena dianggap sibuk lalu tidak sempat menelepon. Dari situ mulailah ngambek-ngambek enggak jelas terjadi. Kalimat “Kamu sibuk dan enggak sayang aku!" jadi pemicu untuk memulai perdebatan. Padahal masa remaja adalah masa yang harus diisi dengan kesibukan, karena yang tidak sibuk saat muda dan sehat, akan dipaksa sibuk saat tua dan mulai sakit-sakitan. Disini proses pendewasaan dan belajar kesabaran seorang remaja menjadi penentu apakah suatu hubungan bisa berjalan lama atau berhenti secepatnya.

Setelah masa remaja berlalu dan masuk ke kehidupan pernikahan, kalimat "Kamu sibuk amat, sih, sama kantor?" sering jadi awal perdebatan panjang dari usia pernikahan yang masih pendek. Padahal kalau tidak sibuk dengan pekerjaan bagaimana bisa membangun kesejahteraan? Walau tidak semua kesibukan menghasilkan, tapi hampir bisa dipastikan tidak ada penghasilan kalau tidak melakukan kesibukan (kecuali dapat warisan). Disini pasangan muda perlu menggunakan kekuatan cinta yang masih membara untuk melindungi hubungan dari keretakkan rumah tangga.

Setelah memiliki anak, pertanyaan tidak juga berhenti. Malah bisa lebih membuat patah hati. Apalagi yang bertanya adalah anak dengan wajah polosnya, "Kenapa mom or dad sibuk sekali sampai enggak bisa kasih cerita sebelum tidur?" Seberapa besarnya penghasilan si Papa tidak ada artinya kalau lupa kasih sayang ke anak. Berbeda dengan remaja yang baru pacaran atau pasangan yang baru menikah. Disini orang tua harus punya alarm bahwa seorang anak tidak butuh penjelasan apalagi minta dimengerti, karena bahasa anak adalah bahasa kasih sayang yang idealnya diisi dengan kebersamaan.

Jadi sesibuk-sibuknya kita dengan aktivitas remaja sampai lupa pacaran atau sibuk bekerja sampai pasangan dianggap nomor dua, jangan sampai kesibukan itu menjadikan anak merasa kurang disayang. Karena kehidupan anak harus dipenuhi dengan perasaan disayang supaya saat dewasa mereka jadi pribadi penyayang.

Satu lagi yang harus dilakukan ditengah kesibukan adalah menghubungi orang tua kita. Di usia lanjut mereka, tidak ada yang lebih indah dari mendengar cerita bahagia anak-anaknya. Jadi setelah baca tulisan saya ini, yuk segara telepon orang tua kita untuk sekedar tanyakan kabar atau bagi cerita keseharian (sampaikan salam hormat saya untuk mereka juga ya :))

Mari tetap sibuk tanpa melupakan sayang.

@HilbramDunar
Pembawa acara TV dan Radio
Penulis buku "Main Hati" dan "Plastic Heaven"
Motivator dan Public Speaking Trainer

(DT/dok.FreeDigitalPhotos)