Seiring dengan bertambahnya usia, siklus haid Anda akan terus berubah, apalagi setelah Anda melahirkan. Ada begitu banyak hal yang bisa memengaruhi perubahan ini, mulai dari kondisi tubuh usai melahirkan hingga hormon dan penuaan. Ya, perjalanan siklus menstruasi Anda bisa dipenuhi dengan misteri, Moms.
Namun, Anda tak perlu khawatir berlebihan, karena setidaknya ada beberapa informasi yang bisa membantu Anda untuk melewatinya. Berikut ini 8 hal seputar haid setelah persalinan yang perlu Anda pahami, seperti dilansir dari Parents.
1. Haid akan kembali dengan sendirinya usai melahirkan
Cairan kemerahan yang keluar setelah melahirkan dan berlangsung selama 2-6 hari bukanlah haid. Cairan ini disebut lochia, yakni kumpulan darah, jaringan, dan kotoran lain yang dikeluarkan tubuh usai melahirkan. Kembalinya haid akan tergantung pada proses menyusui Anda.
Jika Si Kecil mengonsumsi susu formula, maka haid bisa Anda alami setelah 6 minggu. Jika Moms menyusui eksklusif, maka haid akan muncul setelah beberapa bulan, bahkan setahun. Jika Si Kecil bergantian mengonsumsi susu formula dan ASI, maka haid bisa muncul lebih cepat.
Baca juga: 7 Obat Alami untuk Mengurangi Nyeri Haid dan Kram Perut
2. Tetap bisa hamil meski haid belum kembali
Ovulasi bisa terjadi setelah 25 hari sejak Anda bersalin jika Anda tidak menyusui Si Kecil. Namun, menyusui juga tak menjamin sebaliknya. Kontrasepsi tetaplah cara utama untuk menunda kehamilan. Akan tetapi, pil KB yang mengandung estrogen sebaiknya dihindari, karena bisa meningkatkan risiko penggumpalan darah dan mengurangi produksi ASI Anda.
3. Program KB bisa mengubah siklus haid
Masing-masing metode kontrasepsi bisa memengaruhi siklus haid Anda secara berbeda. Patch kontrasepsi, pil hormon, cincin KB, suntikan, atau IUD yang mengandung estrogen dan progestin dapat meringankan haid. Sedangkan pil, IUD, dan suntikan yang hanya mengandung progestin bisa menghentikan haid selama masa penggunaan kontrasepsi. IUD tembaga tanpa hormon dapat membuat menstruasi makin deras dan panjang durasinya.
4. Usia juga bisa memengaruhi
Seiring dengan bertambahnya usia, rahim akan membesar dan tubuh Anda memproduksi lebih sedikit estrogen. Rendahnya estrogen menyebabkan haid makin ringan, tapi membesarnya rahim bisa berujung pada perdarahan yang lebih deras. Selain itu, berat badan bisa bertambah seiring dengan berkurangnya estrogen, sehingga bisa membuat haid tidak rutin dan deras.
5. Stres bisa memengaruhi haid
Stres bisa membuat siklus haid tidak normal atau perdarahan lebih deras. Untuk itu, menjaga pola makan sehat seimbang, rutin berolahraga, dan tidur berkualitas bisa membantu mengurangi stres dan mendorong siklus haid Anda kembali normal.
6. Perimenopause bisa terjadi lebih dini
Menopause bisa terjadi cukup lama buat Anda. Di AS, menopause biasa muncul di usia 51 tahun. Namun perimenopause, fase sebelum menopause, bisa terjadi sejak usia 30-an dan bisa berlangsung selama 6-10 tahun.
Di fase ini kadar estrogen bisa berubah dan menyebabkan gejala yang bervariasi. “Masalah yang umum terjadi adalah perdarahan abnormal, masalah tidur, gangguan kecemasan, dan vagina yang mengering,” kata Stephanie Faubion, M.D., pimpinan medis The North American Menopause Society.
7. Meskipun perubahan termasuk normal, Anda tetap perlu periksa jika curiga
Perubahan tertentu pada siklus haid Anda bisa menjadi sebuah tanda yang serius. Jika haid terlalu deras hingga Anda perlu mengganti pembalut dalam kurun waktu 1 jam, muncul bercak di antara siklus haid, dan telat haid lebih dari 3 bulan, segeralah konsultasikan ini dengan dokter. Andalah yang mengenal tubuh Anda sendiri, sehingga perubahan apa pun yang mencurigakan sangatlah penting untuk diketahui.
8. Haid bisa memperburuk penyakit Anda
Jika Anda memiliki anemia, maka haid bisa memperburuk kesehatan Anda. Migrain juga bisa terasa makin buruk akibat adanya fluktuasi hormon selama menstruasi. Fibroid bisa membuat haid makin deras dan lama. Meski membaik selama hamil, endometriosis bisa kembali menyiksa Anda ketika Anda mulai haid kembali. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)