FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Pembohong Patologis, Ini Ciri-ciri dan Cara Menghadapinya



Baik secara religius ataupun tidak, kebohongan adalah hal yang tidak baik, tercela, dan tidak pantas dilakukan. Namun faktanya, rata-rata manusia berbohong sebanyak 1 kali sehari, menurut sebuah studi yang dimuat Human Communication Research. Kebanyakan dari kebohongan ini bisa dibilang sebagai white lies, yakni kebohongan kecil yang tidak merugikan orang lain.

Di sisi lain, seseorang juga bisa berbohong secara impulsif, konsisten, dan menjadi kebiasaan sehari-hari. Kalau sudah begini, hal ini tentu bisa berbahaya, baik bagi relasinya dengan keluarga, rekan kerja, atau bahkan dirinya sendiri. Kondisi ini sering disebut sebagai kebohongan patologis. Saking parahnya, banyak orang yang tidak sadar bahwa pembohong patologis sedang mengelabui mereka.

Lalu, apa sih tanda-tanda seseorang adalah pembohong patologis? Bagaimana cara menghadapinya? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

Antara realita dan kebohongan

Kondisi ini sebenarnya sudah dikenali oleh para ahli sejak ratusan tahun yang lalu. Selain kebohongan patologis, para ahli juga menyebutnya sebagai pseudologia fantastica, mythomania, kebohongan kompulsif, dan kebohongan habitual.

Tidak seperti white lies yang biasa dilakukan untuk menghindari masalah atau sekadar bersikap sopan, pembohong patologis dapat berbohong tanpa alasan tertentu. Meskipun begitu, pembohong patologis biasanya berbohong untuk mencapai tujuan tertentu. Alasan yang paling umum adalah untuk mendapatkan simpati orang lain, sehingga dalam kebohongannya, ia digambarkan sebagai sosok yang berjasa maupun korban.

Di satu waktu kebohongan dapat terdengar sangat mendetail, namun pada waktu lainnya ceritanya bisa sangat umum dan rancu. Hal ini biasa dilakukan untuk mengecoh lawan bicara, agar tidak mengetahui jika ia sedang berbohong. Pembohong patologis bahkan dapat tersesat di dalam kebohongannya sendiri, bahkan sering kali kesulitan untuk membedakan antara fakta dan kebohongan.

Ciri-ciri pembohong patologis

Dilansir dari WebMD, ada 4 karakter perilaku pembohong patologis yang ditemukan oleh para ahli, yakni:

1. Kebohongan yang berlebihan

Pembohong patologis berbohong lebih banyak dan lebih sering daripada orang lain. Ia adalah pencerita yang baik. Ia akan membuat cerita yang terdengar sangat nyata, sehingga orang-orang tidak akan menyadarinya. Ia juga akan lebih banyak berbohong agar kebohongan sebelumya tidak ketahuan. Kebohongan-kebohongan itu juga dapat terdengar tidak meyakinkan dan mudah disangkal, seperti mendapat penghargaan tertentu atau ada keluarga yang meninggal.

2. Berbohong tanpa alasan yang baik

Kebohongan yang diceritakan oleh pembohong patologis berbeda dari kebohongan yang biasa dikatakan oleh orang lain. Soalnya, kebohongannya tidak memiliki alasan. Kebanyakan orang akan berbohong kecil untuk menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan, seperti mengatakan bahwa macet membuat Anda datang terlambat alih-alih mengaku Anda telat bangun. Nah, pembohong patologis tidak memiliki motif yang jelas. ia menceritakan kisah yang tidak benar-benar bermanfaat bagi dirinya.

3. Masalah jangka panjang

Kebohongan patologis bisa bermula sejak pelaku masih kecil, umumnya saat menginjak remaja. Maka dari itu, kebohongan patologis bisa terjadi dan dilakukan selama bertahun-tahun. Kebohongan bisa menjadi hal yang paling diingat oleh orang-orang tentang pembohong patologis.

4. Tak ada penyakit mental

Pada beberapa kasus, kebohongan patologis dapat disebabkan oleh kondisi mental tertentu, seperti gangguan kepribadian antisosial, depresi, gangguan cemas, maupun bipolar. Meskipun begitu, kebohongan patologis bukanlah penyebab atau gejala gangguan mental, melainkan sebuah kondisi.

Cara bijak menghadapi pembohong patologis

Memiliki relasi dengan seorang pembohong patologis dapat sangat melelahkan, karena berbagai kebohongan tersebut tidaklah ada ujungnya. Kebohongan-kebohongan ini dapat menguji berbagai jenis relasi yang ia punya. Jika Moms merasa punya relasi dengan pembohong patologis, berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan saat bicara dengannya.

1. Jangan kehilangan kontrol emosi

Ya, mengobrol dengan pembohong patologis bisa sangat memusingkan, tetapi jangan sampai emosi menguasai Anda ketika Anda berusaha untuk mengonfrontasinya. Tetaplah bersikap baik dan suportif, tapi tegas.

2. Duga penyangkalan

Seseorang yang berbohong secara patologis mungkin punya kecenderungan untuk merespons obrolan dengan kebohongan. Jika Anda mengonfrontasinya tentang kebohongannya, kemungkinan besar ia akan berbohong. Misalnya, ia akan marah ataupun kaget.

3. Ingat, ini bukan tentang Anda

Memang sulit untuk tidak menganggap serius jika kita dibohongi, tetapi kebohongan patologis bukanlah tentang Anda. Pelaku mungkin melakukannya karena rendah diri, stres, memiliki gangguan kepribadian, atau sekadar tanpa alasan.

4. Bersikap suportif

Ketika berbicara dengan si pembohong tentang kebohongannya, ingatkan saja bahwa ia tak perlu membuat Anda kagum. Biarkan ia tahu bahwa Anda menghargai dirinya apa adanya.

5. Jangan terlibat

Ketika Anda mendeteksi seseorang sedang berbohong, jangan terlibat obrolan lebih jauh. Anda bisa menanyakan maksud dari yang ia katakan, sehingga bisa mendorongnya untuk berhenti berbohong. Anda juga dapat memberi tahunya bahwa Anda tak ingin melanjutkan perbincangan jika ia berbohong.

6. Sarankan bantuan medis

Sarankan bantuan medis atau profesional tanpa menghakimi atau mempermalukan sang pembohong. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)