Selain organ reproduksi, wanita dan pria punya banyak perbedaan pada anggota tubuh lainnya, tak terkecuali jantung. Contohnya, biasanya jantung wanita lebih kecil dibandingkan jantung pria. Dinding jantung wanita juga cenderung lebih tipis. Selain itu, jantung wanita mampu memompa darah lebih cepat daripada jantung pria, tapi mengeluarkan darah 10 persen lebih sedikit.
Ternyata, berbagai perbedaan fisik jantung ini juga berpengaruh pada risiko penyakit jantung masing-masing gender. Ya, jenis kelamin berpengaruh pada risiko gejala, penanganan, serta hasil perawatan dari penyakit jantung coroner (PJK) atau coronary artery disease (CAD), yakni penyakit yang sering memicu serangan jantung. Dikutip dari laman resmi Cleveland Clinic, berikut ini 6 perbedaan penyakit jantung pada wanita dan pria.
Baca juga: Beda Gagal Jantung dengan Serangan Jantung yang Perlu Anda Tahu
1. Wanita punya faktor risiko yang tidak dimiliki pria
Penyakit yang hanya dialami oleh wanita, seperti endometriosis, polycystic ovary syndrome, dan diabetes gestasional, dapat meningkatkan risiko PJK. Endometriosis bahkan dapat meningkatkan risiko PJK sebanyak 400 persen pada wanita di bawah usia 40 tahun.
2. Secara umum, wanita mengalami serangan jantung pertama di usia yang lebih tua
Tingginya hormon estrogen pada wanita mampu melindungi mereka dari penyakit jantung hingga masa menopause terjadi. Saat menopause, tingkat estrogen mulai menurun. Hal inilah yang menjadi sebab rata-rata serangan jantung pada wanita muncul di usia 70 tahun, sedangkan pada pria di usia 66 tahun.
3. Gejala serangan jantung dapat muncul berbeda pada wanita
Gejala yang sering dikeluhkan pria saat serangan jantung adalah sakit layaknya ada beban berat yang menusuk pada dada. Namun pada wanita, selain sakit dada, gejalanya dapat muncul dengan ringan di beberapa minggu sebelum terjadinya serangan jantung. Beberapa tanda bahaya yang harus diwaspadai, yakni:
- Kelelahan yang tiba-tiba atau dramatis. Misalnya, Moms merasa sangat lelah setelah merapikan kasur. Padahal, Anda rutin melakukannya tanpa adanya gangguan.
- Kesulitan bernapas atau berkeringat. Waspadai gejala ini, terutama ketika muncul diiringi dengan gejala lain seperti sakit dada atau kelelahan. Tanda lainnya, kesulitan bernapas semakin memburuk ketika Anda tiduran dan terasa lega ketika Anda berdiri.
- Rasa nyeri pada leher, punggung, atau rahang.
4. PJK pada wanita dapat sulit didiagnosis
Pada wanita, PJK sering kali menyerang arteri kecil, sehingga tak mampu dideteksi dengan jelas pada angiogram atau sinar-X. Oleh karena itu, wanita yang terus mengalami gejala PJK meski tes angiogramnya bersih, perlu berkonsultasi pada kardiologis yang punya spesialisasi penyakit jantung wanita.
5. Serangan jantung dapat lebih parah terjadi pada wanita
wanita sering kali dirawat lebih lama di rumah sakit serta cenderung meninggal sebelum pulang dari rumah sakit jika dibandingkan dengan pria. Hal ini bisa disebabkan wanita punya faktor risiko yang sering tidak ditangani, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Terkadang, hal tersebut juga disebabkan wanita lebih mengutamakan keluarga dahulu dan tidak memedulikan kondisinya sendiri.
6. Wanita tak selalu mendapat medikasi yang sesuai setelah terkena serangan jantung
Setelah terkena serangan jantung, wanita punya risiko lebih tinggi untuk mengalami pengentalan darah yang bisa memicu serangan jantung lainnya. Meskipun begitu, wanita cenderung tidak diberikan obat anti pengentalan darah. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa wanita cenderung mengalami serangan jantung kedua dalam kurun waktu 12 bulan.
Meskipun begitu, tidak ada kata terlambat untuk berusaha menurunkan kemungkinan serangan jantung, Moms. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan adalah berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan teratur, menjaga pola makan sehat seimbang, serta menjaga berat badan yang sehat. Stay safe, Moms! (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)