Jika Anda mengalami keputihan yang tidak normal, iritasi, atau gatal terus-menerus pada vagina, jangan sepelekan hal tersebut, Moms! Pasalnya, gangguan ini bisa menjadi tanda awal dari penyakit vagina tertentu.
Menurut Cynthia Krause, MD, asisten profesor klinis kebidanan dan ginekologi di Mount Sinai School of Medicine, ada beberapa jenis penyakit vagina yang umum menyerang wanita, misalnya saja infeksi jamur vagina, trichomoniasis, dan bacterial vaginosis.
Nah, berikut ini beberapa penyakit vagina yang kerap menyerang dan mesti Anda waspadai, Moms.
1. Infeksi jamur vagina
Infeksi jamur vagina (vaginal yeast infection) merupakan penyakit pada vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari jamur Candida. Namun, pertumbuhan dalam jumlah kecil tidak akan menimbulkan masalah.
Menurut penelitiandalam Critical Reviews in Microbiology, beberapa faktor seperti diabetes yang tidak terkontrol, sistem kekebalan tubuh yang lemah, perubahan kadar hormon karena kehamilan, pil KB, menstruasi, dan penggunaan antiobiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri di vagina yang bisa menyebabkan jamur mudah berkembang biak.
Gejala infeksi jamur vagina yang paling umum adalah munculnya rasa gatal yang ekstrem di dalam dan di sekitar vagina, nyeri saat buang air kecil, nyeri saat berhubungan seksual, pembengkakan pada vagina, dan keluarnya cairan putih kental seperti keju cottage dan tidak berbau.
2. Bacterial vaginosis
Bacterial vaginosis biasanya terjadi ketika ada lebih banyak bakteri berbahaya daripada bakteri baik di vagina. Secara spesifik, penyakit ini dapat berkembang ketika keseimbangan normal bakteri Lactobacillus terganggu oleh pertumbuhan berlebih dari bakteri lain.
“Gardnerella vaginalisadalah jenis bakteri yang sering dikaitkan dengan bacterial vaginosis. Kurangnya Lactobacillus dan diikuti dengan pertumbuhan berlebih dari bakteri inilah yang bisa menyebabkan munculnya gejala,” kata Krause.
Wanita yang menderita bacterial vaginosis mungkin akan mengalami gatal pada vagina, iritasi, sensasi terbakar saat buang air kecil, vagina berbau amis, dan keputihan abnormal berwarna putih atau abu-abu, berbusa, licin, dan encer.
Baca juga: 6 Gangguan Vagina yang Sering Muncul saat Hamil
3. Trichomoniasis
Trichomoniasis, atau ââbiasa disebut trich, merupakan penyakit vagina yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal, Trichomonas vaginalis, yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala trichomoniasis hampir mirip dengan penyakit vagina lainnya, termasuk iritasi, kemerahan, pembengkakan pada vulva, vagina berbau amis, adanya sensai terbakar, dan keputihan abnormal berwarna kuning keabu-abuan atau kehijauan. Bahkan, beberapa wanita dengan penyakit vagina ini juga melaporkan mengalami rasa sakit saat buang air kecil dan ketidaknyamanan saat berhubungan seks, serta nyeri pada panggul.
4. Chlamydia vaginitis
Chlamydia vaginitis merupakan penyakit vagina yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan pada area vagina.Wanita dengan ââgangguan ini biasanya tidak menunjukan gejala berarti, terkadang hanya gejala ringan yang sering disalahartikan.
Namun, menurut Planned Parenthood, beberapa wanita dengan penyakit ini mungkin akan mengalami gejala seperti rasa sakit dan sensasi terbakar saat buang air kecil, nyeri saat berhubungan seks, rasa sakit di perut bagian bawah, keputihan tidak normal (biasanya berwarna kekuningan dan berbau tidak sedap), pendarahan di luar periode menstruasi atau setelah berhubungan seks.
5. Gonorrhea
Gonorrhea merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Neisseria gonorrhoeae. Sering kali gonorrhea tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun jika Anda mungkin memilikinya, biasanya gejala yang muncul berupa keputihan abnormal, nyeri saat buang air kecil, nyeri saat berhubungan seks, rasa sakit di perut bagian bawah, dan mungkin mengalami pendarahan di luar periode menstruasi Anda.
Gonorrhea yang tidak diobati bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti infertilitas dan nyeri panggul kronis.
6. Vaginitis noninfeksi
Dikutip dari laman John Hopkins Medicine, vaginitis noninfeksi biasanya mengacu pada iritasi vagina tanpa adanya infeksi. Masalah ini bisa disebabkan oleh reaksi alergi atau iritasi dari douche, sabun wangi, pembalut beraroma, atau detergen dan pelembut pakaian.
Solusi untuk vaginitis noninfeksi biasanya cukup sederhana. "Hindari apa pun yang dapat memberikan reaksi alergi," kata Gregory R. Moore, MD, MPH., ahli kandungan di Stamps Health Services di Georgia Institute of Technology.
Bentuk lain dari vaginitis noninfeksi adalah vaginitis atrofi yang biasanya terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen menjelang dan setelah menopause. Ini menyebabkan dinding vagina mengalami penipisan, pengeringan, peradangan, dan kurang fleksibel.
7. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) yang bisa ditularkan melalui kontak seksual dan berciuman. Wanita yang menderita herpes genital umumnya mengalami rasa sakit pada bokong atau bawah vagina, adanya sensasi terbakar di vagina, nyeri atau sulit buang air kecil, dan nyeri saat berhubungan seks. Anda mungkin juga akan merasa demam yang disertai sakit kepala. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Drobotdean/Freepik)