Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menemukan kasus gagal ginjal akut pada anak atau yang disebut dengan gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta setelah tidak adanya kasus baru sejak awal Desember 2022 lalu.
Kasus gangguan ginjal akut itu muncul kembali setelah sejak awal Desember 2022 tidak ada pencatatan kasus. “Penambahan kasus tercatat pada tahun ini, satu kasus konfirmasi GGAPA dan satu kasus suspek,” ujar Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril melalui keterangan resmi, Senin (6/2/2023).
Gagal ginjal akut pada kasus terbaru ini juga diduga disebabkan oleh konsumsi obat sirop tertentu. Mengutip Kompas.com, Syahril mengatakan bahwa dua kasus tersebut dilaporkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Satu kasus konfirmasi gagal ginjal akut merupakan anak berusia 1 tahun, mengalami demam pada 25 Januari 2023, dan diberikan obat sirop penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion.
Sementara itu, satu kasus lainnya masih merupakan suspek, yakni anak berusia 7 tahun, mengalami demam pada 26 Januari, kemudian mengonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.
Disebutkan juga bahwa kedua kasus tersebut mengalami gejala awal yang sama, yakni demam. Namun, satu kasus yang terkonfirmasi gagal ginjal akut mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil (anuria).
Waspadai gejalanya, Moms!
Munculnya kembali kasus gagal ginjal akut pada anak ini tentunya memicu kekhawatiran para orang tua. Nah, agar lebih waspada, Moms perlu mengenali beberapa gejala gagal ginjal akut pada anak berikut ini:
1. Demam, batuk, dan pilek. Demam, batuk, dan pilek merupakan gejala yang sering ditemukan pada kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA). Jika Si Kecil mengalami demam selama beberapa hari, segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan hindari memberikan anak obat penurun demam yang dibeli secara pribadi.
2. Muntah dan diare. Gangguan saluran pencernaan seperti muntah dan diare juga menjadi gejala khas yang umumnya dialami anak yang menderita gagal ginjal akut.
3. Penurunan frekuensi buang air kecil. Gejala utama dari kasus gagal ginjal akut adalah anak memiliki urine atau air seni yang sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil (BAK). Jika anak mengalami penurunan frekuensi buang air kecil, Moms sebaiknya segera periksakan Si Kecil ke rumah sakit atau dokter. Semakin cepat gangguan ini terdeteksi, maka semakin cepat penanganan bisa dilakukan.
Peringatan konsumsi obat sirop
Berkaitan dengan munculnya kembali kasus gagal ginjal akut pada anak, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat untuk tidak membeli obat secara mandiri terlebih dahulu dari toko atau apotek. “Kalau demam atau sakit jangan membeli obat sendiri, tapi (segera) konsultasi kepada tenaga kesehatan,” tegas dr. Nadia seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Kementerian Kesehatan pun kembali mengeluarkan surat kewaspadaan untuk seluruh Dinas Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Organisasi Profesi Kesehatan terkait dengan kewaspadaan tanda klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) dan penggunaan obat sirop.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sudah mengeluarkan perintah penghentian sementara produksi dan distribusi obat yang dikonsumsi kedua pasien gagal ginjal tersebut hingga investigasi selesai dilaksanakan. Jadi, tetap waspada ya Moms, dan hindari memberikan obat sirop penurun demam secara mandiri tanpa resep dokter. (M&B/SW/Foto: Prostooleh/Freepik)