Museum MACAN dengan bangga mempersembahkan sebuah pameran survei besar oleh Isabel dan Alfredo Aquilizan. Isabel dan Alfredo Aquilizan adalah pasangan perupa asal Filipina yang mulai aktif sebagai perupa pada akhir tahun 1990-an dan 2000-an. Karya mereka sudah dipamerkan secara luas di sejumlah pameran besar dan bienial di seluruh dunia.
Pameran yang akan ditampilkan pada museum MACAN merupakan karya yang telah dibuat selama lebih dari 20 tahun praktik kolaboratif pasangan perupa ini. Mereka sangat senang karena karyanya selama 20 tahun berkolaboratif dapat dipamerkan di Museum MACAN.
“Kami sangat senang dapat membagikan karya-karya dari 20 tahun praktik kolaboratif kami di Museum MACAN, Jakarta. Kisah kami terinspirasi dari pengalaman bekerja di berbagai tempat, dengan beragam komunitas dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kolaborasi berperan besar dalam sejarah perjalanan kami, menjadi sumber inspirasi serta pengaruh penting dalam pengembangan praktik kami sebagai perupa," ungkap Isabel dan Alfredo Aquilizan.
Aaron Seeto, Direktur Museum MACAN berharap bahwa pameran ini bisa membawa pengunjung untuk merefleksikan kembali kisah-kisah pribadi mereka."Kami berharap pameran ini bisa membawa orang-orang untuk merefleksikan kembali kisah pribadi mereka, mungkin tentang transmigrasi, ataupun tentang perjalanan sehari-hari dan kisah-kisah kecil dari perjumpaan kita dengan orang lain," ujar Aaron.
Somewhere, Elsewhere, Nowhere
Pameran yang diberi judul "Somewhere, Elshewhere, Nowhere" ini menampilkan karya berskala besar dan ekspansif yang menggelitik rasa ingin tahu pengunjung. Banyak karya dalam pameran "Somewhere, Elshewhere, Nowhere" yang dibuat dengan baik melalui proses lokakarya atau dikerjakan dengan bantuan tangan para artisan.
Misalnya pada pada kain piña di karya See/Through (Series 1) (2021), yang dibuat oleh perajin tenun asal Aklan dan perajin sulam asal Lumban di Filipina. Kain piña adalah kain yang ditenun dari serat daun nanas. Nanas sendiri diperkenalkan oleh bangsa Spanyol selama masa pendudukannya di Filipina dan kemudian ditanam di seluruh penjuru Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Material ini secara langsung berkaitan dengan penjajahan, perkebunan, dan perburuhan. Karya ini mengilustrasikan komitmen mendalam sang perupa terhadap karya, sejarah, dan keilmuan yang dapat ditemukan di tangan para artisan.
Selain itu, ada juga karya terbaru dari Isabel dan Alfredo, yaitu sebuah sayap pesawat berukuran asli, yang terdiri dari 92 sangkar burung yang disusun layaknya puzzle, dengan rekaman kicauan burung yang memenuhi ruangan. Karya yang berjudul Caged (2023) ini terinspirasi dari sebuah proyek residensi di Yogyakarta di mana mereka membaur dengan masyarakat lokal, termasuk dengan para artisan.
“Caged (2023) adalah karya yang diilhami dari pengalaman ketika kami menjadi perupa mukiman (artist-in-residence) di Yogyakarta lima tahun lalu. Melalui karya ini, kami mengubah sangkar burung menjadi sesuatu yang bersifat familiar sekaligus tersembunyi. Menghadirkan rasa terkungkung dan kerinduan, Caged (2023) juga berbicara tentang kehadiran dan ketiadaan, di mana pahatannya berbentuk seperti sayap yang sedang terbang. Rekaman kicauan burung yang memenuhi galeri dengan melodi yang harmonis, menciptakan ruang refleksi bagi pengunjung dalam berinteraksi dan berkontemplasi,” ujar Isabel dan Alfredo Aquilizan.
Menggunakan material sederhana dan mudah ditemukan
Isabel dan Alfredo dikenal lewat perspektif unik yang kerap kali berkisar pada lingkungan rumah dan keluarga, menggabungkan material-material yang mudah ditemukan sehari-hari ke dalam karya yang dibuat dan menemukan cara di mana identitas dan sejarah terbentuk melalui perjalanan dan migrasi.
Material yang mereka gunakan seperti sendal jepit, kardus, parang, sikat gigi, sepatu bekas, selimut dan benda-benda yang sarat akan aktivitas masyarakat, juga yang kerap digunakan ketika berpergian. Bahan-bahan sederhana tersebut dapat menyiratkan gagasan mengenai identitas dan kepemilikan, perjalanan dan perpindahan, merasakan kehadiran dalam ketiadaan, dan akumulasi ingatan.
Menciptakan proyek untuk anak dan keluarga
Bersamaan dengan pameran ini, Isabel dan Alfredo Aquilizan menciptakan sebuah proyek untuk anak-anak dan keluarga di Ruang Seni Anak Museum MACAN. Berjudul Kisah Kotak Sepatu, karya ini merespons ide mengenai rumah, migrasi, sejarah personal, dan bagaimana hubungan manusia terbentuk melalui pengalaman bersama.
Tidak hanya hadir melalui aktivitas di Museum, sesi lokakarya bersama dengan sekolah dan tutorial daring dan aktivitasnya menjadi perpanjangan dari proyek Kisah Kotak Sepatu ke sekolah-sekolah di seluruh penjuru negeri. Proyek Ruang Seni Anak didesain untuk melibatkan anak-anak dan keluarganya dalam ide dan konsep yang dihadirkan di dalam pameran dan menjadi bagian penting dari misi berkelanjutan Museum MACAN terhadap pendidikan seni.
Nah, buat Moms yang tertarik mengajak Si Kecil untuk melihat pameran seni, Moms bisa datang ke Pameran "Somewhere, Elsewhere, Nowhere" yang akan berlangsung dari 24 Juni hingga 8 Oktober 2023. Untuk pembelian tiket tersedia di www.museummacan.org/tickets atau melalui mitra tiket museum: GoTix, Tiket.com, dan Traveloka. (M&B/Talitha Putik Arawanda/SW/Foto: M&B, Dok. Museum MACAN)